kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Chatib Basri sebut credit crunch jadi persoalan utama bank saat ini, apa itu?


Senin, 20 Juli 2020 / 13:50 WIB
Chatib Basri sebut credit crunch jadi persoalan utama bank saat ini, apa itu?
ILUSTRASI. Menteri Keuangan M Chatib Basri. Kompas/Priyombodo (PRI) 06-01-2014


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Menteri Keuangan yang menjabat pada periode 2013-2014, Chatib Basri, mengatakan persoalan bank saat ini bukanlah likuiditas, melainkan credit crunch. 

Apa itu credit crunch? Credit crunch adalah keengganan perbankan menyalurkan kredit karena tidak ada permintaan. Jika dipaksa memberikan kredit, kemungkinan akan berdampak pada kredit macet dan memunculkan masalah likuiditas pada 2021. 

"Persoalan yang dihadapi bank saat ini bukan isu likuiditas, likuiditas di bank itu baik," kata Chatib dalam diskusi daring, Senin (20/7/2020). 

Baca Juga: Chatib Basri ramal defisit fiskal bisa membengkak hingga 8% dari PDB

Fenomena serupa terjadi saat krisis ekonomi tahun 1998. Saat itu, perdagangan global tengah collapse sehingga bank enggan menyalurkan kredit untuk kegiatan yang berhubungan dengan ekspor. 
Untuk menanganinya, lembaga multilateral development akhirnya menyediakan dana senilai US$ 250 miliar sebagai jaminan kredit (credit guarantee) kepada bank-bank. 

"Jadi, upaya mendorong sektor perbankan seperti memberikan likuiditas mungkin tidak efektif," ungkap Chatib. 

Baca Juga: Chatib Basri: Problem riil ekonomi muncul 2021, Indonesia butuh jump start, apa itu?

Chatib pun meminta pemerintah dan bank berhati-hati pada tahun 2021 karena ada kebijakan restrukturisasi kredit saat pandemi Covid-19. Restrukturisasi membuat debitur mendapat keringanan dalam pembayaran kredit dan debitur dengan status kolektibilitas 1 dan kolektibilitas 2 dianggap lancar. 

Namun, lancar atau tidaknya debitur akan benar-benar terlihat saat kebijakan restrukturisasi telah usai. "Sampai nanti OJK mengakhiri relaksasi, pada saat itu kita tahu adanya kredit macet betulan atau tidak. Maka disitulah persoalan likuiditas, NPL, profitabilitas akan ada. Kita harus siap-siap di 2021," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Chatib Basri: Persoalan Bank Saat Ini Bukan Likuiditas, tapi.... "
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×