kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Cek 4 Kelompok Risiko Tinggi yang Bisa Dapatkan Vaksin Mpox Menurut Kemenkes


Kamis, 29 Agustus 2024 / 04:33 WIB
Cek 4 Kelompok Risiko Tinggi yang Bisa Dapatkan Vaksin Mpox Menurut Kemenkes
ILUSTRASI. Kemenkes menegaskan, pemberian vaksin Mpox di Indonesia difokuskan hanya untuk kelompok berisiko tinggi. REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan, pemberian vaksin Monkeypox (Mpox) di Indonesia difokuskan hanya untuk kelompok berisiko tinggi sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin cacar dan Mpox. 

Mengutip Infopublik.id, kelompok berisiko tinggi tersebut antara lain:
 
1. Lelaki Berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL)
 
2. Gay, biseksual, dan pria-yang-berhubungan-seks-dengan-pria lainnya (GBMSM).
 
3. Individu yang melakukan kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir. 
 
4. Petugas laboratorium yang memeriksa spesimen virologi serta petugas kesehatan yang menangani kasus Mpox.
 
"Terutama di daerah yang ada kasus Mpox, dan petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus Mpox untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus Mpox," ujar Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, pada Rabu (28/8/2024).
 
Sementara itu, anak-anak tidak termasuk dalam kelompok sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia. 
 
 
Vaksinasi ini bersifat pencegahan, yang bertujuan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit bagi mereka yang berisiko tinggi.
 
Salah satu kriteria penerima vaksin Mpox adalah individu yang pernah melakukan kontak dengan penderita Mpox, yang dikenal dengan istilah vaksinasi post-exposure. 
 
Prima menegaskan bahwa orang yang pernah melakukan kontak belum tentu terinfeksi, sehingga vaksinasi ini tetap bersifat pencegahan. Sedangkan bagi pasien yang sudah terinfeksi, pengobatan yang sesuai akan diberikan.
 
Berdasarkan "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox" yang diterbitkan oleh Kemenkes RI pada 2023, pemberian vaksinasi Mpox dalam situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) masih bersifat sebagai tambahan terhadap langkah pencegahan utama seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi, dan perawatan pasien.
 
Untuk saat ini, pemberian vaksinasi Mpox secara massal tidak direkomendasikan. 
 
 

Prima Yosephine menyebutkan bahwa jenis vaksin yang digunakan di Indonesia adalah Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), yang merupakan vaksin turunan cacar generasi ketiga yang bersifat non-replicating.

 
"MVA-BN sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox," tambah Prima.
 
Vaksin Mpox memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Namun, setelah divaksinasi, kewaspadaan tetap diperlukan karena pembentukan kekebalan membutuhkan waktu beberapa minggu.
 
WHO juga menekankan bahwa bagi seseorang yang tertular Mpox setelah vaksinasi, vaksin tersebut tetap memberikan perlindungan terhadap penyakit berat dan mengurangi kemungkinan kebutuhan akan rawat inap. 
 
Hasil penelitian efektivitas vaksin menunjukkan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap Mpox.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×