kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan devisa turun US$ 9,4 miliar, ini penjelasan BI


Selasa, 07 April 2020 / 21:57 WIB
Cadangan devisa turun US$ 9,4 miliar, ini penjelasan BI
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Selasa (7/4/2020). BI mencatat cadangan devisa pada akhir Maret 2020 sebesar US$ 121 miliar atau turun US$ 9,4 miliar.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) pada akhir Maret 2020 sebesar US$ 121 miliar atau turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan Februari 2020. 

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, penurunan cadev tersebut akibat penggunaannya untuk stabilkan nilai tukar rupiah sebesar US$ 7 miliar dan membayar utang jatuh tempo sebesar US4 2 miliar. 

Baca Juga: Terpanjang dalam sejarah, ini alasan pemerintah rilis global bond bertenor 50 tahun

"Untuk stabilkan nilai tukar rupiah khususnya di minggu kedua dan ketiga Maret 2020 karena ada kepanikan global yang mendorong para investor global melepas saham, obligasinya," kata Perry pada Selasa (7/4) lewat video conference. 

Meski ada penurunan tersebut, Perry yakin bahwa tingkat kecukupan cadev masih lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN), serta lebih dari cukup untuk stabilkan nilai tukar rupiah. 

Ke depan, Perry yakin bahwa posisi cadev bisa berangsur stabil. Ini juga seiring dengan optimisme nilai tukar rupiah yang bergerak stabil dan sesuai dengan mekanisme pasar. 

Selain itu, orang nomor satu di bank sentral tersebut juga mengungkapkan bahwa BI masih memiliki bantalan kedua untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, yaitu dengan kerjasama bilateral swap dengan berbagai bank sentral di negara-negara lain. 

Baca Juga: Perry Warjiyo: BI dapat fasilitas repo dari The Fed senilai US$ 60 miliar

Kerjasama tersebut antara lain dengan bank sentral China sebesar US$ 30 miliar, Jepang sebesar US$ 22,76 miliar, Singapura sebesar US$ 7 miliar, juga dengan Korea Selatan sebesar US$ 10 juta. 

"Itu yang kami punya, dan ini lebih dari cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan ekonomi. Karena seperti yang diketahui, nilai tukar rupiah merupakan pilar penting untuk pulihkan ekonomi," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×