Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .
Bila Bulog menjadi pemasok utama untuk program BPNT, maka Bulog bisa menyalurkan setidaknya 1,87 juta ton per tahun. Perhitungan ini dengan asumsi beras yang disalurkan sebesar 10 kilogram per bulan untuk masing-masing Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mencapai 15,6 juta keluarga.
"Katakanlah untuk BPNT itu [disalurkan] 1,5 juta ton, berati kita juga harus menyerap lebih banyak," ujar Imam.
Baca Juga: Stok melimpah, Indonesia bersiap mengekspor beras
Imam memastikan, pihaknya pun siap untuk menjadi penyalur BPNT. Menurutnya, Bulog bisa menyediakan beras dengan berbagai tipe dan kualitas, Bulog pun telah menyiapkan layanan online sehingga beras masyarakat bisa sampai ke tempat tujuan, menyediakan beras BPNT berfortifikasi dan lainnya.
"Jadi kalaupun kebijakannya clear, BPNT dikembalikan ke Bulog, Kami siap," tambah Imam.
Namun, bila tahun mendatang pemasok beras untuk program BPNT masih diserahkan kepada pasar bebas, Imam juga mengatakan pihaknya akan fokus meningkatkan lini komersial. Ditargetkan tahun depan akan ada sekitar 650.000 ton beras komersial yang akan dikelola.
Baca Juga: Cadangan Beras Pemerintah disposal Bulog akan diganti rugi oleh Kemenkeu
Sementara itu, Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir pun mendukung agar penyaluran beras Bulog dipastikan oleh pemerintah. Menurutnya, bila saluran beras Bulog sudah pasti maka gabah/beras petani pun bisa diserap dengan jumlah yang besar.
"Sebaiknya Bulog disehatkan lagi, salurannya diadakan, sehingga beras kami juga banyak diserap bulog. Walau Bulog hanya berkontribusi 8% dari total produksi di Indonesia, tetapi peran Bulog sangat besar," ujar Winarno.
Menurut Winarno, sejak ada peralihan rastra menjadi BPNT secara bertahap, penyerapan Bulog semakin berkurang dan terus berlanjut hingga saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News