kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bukan Resesi, Perekonomian Dunia Diprediksi akan Mengalami Perlambatan Pertumbuhan


Selasa, 13 September 2022 / 20:00 WIB
Bukan Resesi, Perekonomian Dunia Diprediksi akan Mengalami Perlambatan Pertumbuhan
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Bukan Resesi, Perekonomian Dunia Diprediksi akan Mengalami Perlambatan Pertumbuhan.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tingginya ketidakpastian akibat berbagai peristiwa di level dunia, memunculkan kekhawatiran perekonomian global jatuh ke jurang resesi. Padahal, progres pemulihan baru saja dikecap oleh negara-negara di dunia, setelah kasus Covid-19 melandai. 

Di tengah banyaknya perkiraan akan resesi global, JP Morgan Chase & Co mematahkan asumsi tersebut. Menurut kajian tim lembaga tersebut, perekonomian dunia tidak akan jatuh ke jurang resesi, tetapi hanya akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi (soft landing).  

"Data terbaru menunjukkan inflasi dan tekanan upah cukup moderat, pertumbuhan ekonomi juga masih menunjukkan progres perbaikan. Plus, kepercayaan konsumen masih stabil, sehingga dunia akan terhindar dari resesi," tulis tim JP Morgan & Co, Marko Kolanovic dan Nikolaos Panigirtzoglou pada Senin (12/9), seperti dikutip dari Bloomberg.

Baca Juga: DBS Bank Pertama di Asia Tenggara Umumkan Komitmen Dekarbonisasi Monumental

Lembaga tersebut tidak sendiri. Chief Investment Officer di Oreana Financial Services Ltd., Isaac Poole juga meyakini resesi dalam level global tidak akan terjadi. Dunia lebih mengarah kepada perlambatan ekonomi. 

Poole pun menilik kondisi perekonomian negara adidaya Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, AS tidak masuk ke dalam kategori negara yang akan jatuh ke dalam jurang resesi meski ada peningkatan inflasi yang signifikan dan peningkatan suku bunga acuan dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). 

"Tingginya inflasi hanya bersifat temporer. Akan ada masanya inflasi akan berangsur turun dan ada peningkatan pendapatan. Ini yang kemudian mendorong kekuatan ekonomi AS," tutur Poole dalam sebuah wawancara secara daring. 

Baca Juga: Xi Jinping dan Vladimir Putin Akan Bertemu, Sinyal Percaya Diri Lawan Hegemoni Barat

Meski begitu, ia tak menampik sudah ada negara yang sudah mulai masuk ke jurang resesi, seperti Eropa.

Ini didorong oleh peningkatan harga energi dan juga bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) yang sepertinya akan kembali meningkatkan suku bunganya. Sehingga, ini juga bisa menjadi tantangan bagi perusahaan-perusahaan di sana. 

Baca Juga: Inflasi Tinggi, Ekspor Alas Kaki Mulai Mengalami Perlambatan pada Juli 2022

Pun dengan China. Poole melihat ada kemungkinan China untuk masuk ke dalam jurang resesi, setelah ada kebijakan Zero Covid-19.

Menurut Poole, China butuh lebih lagi stimulus fiskal maupun moneter untuk bisa keluar dari kondisi resesi. N

amun, selama kebijakan Zero Covid ini masih terus bergulir, maka akan susah bagi perekonomian negara tirai bambu untuk kembali kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×