kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS: Pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat sudah berubah


Selasa, 28 Januari 2020 / 20:11 WIB
BPS: Pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat sudah berubah
ILUSTRASI. Kepala Badan Pusat Statistik Kecuk Suhariyanto. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data terkait Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan pemutakhiran tahun dasar IHK. Penghitungan IHK tersebut mengacu pada classification of individual consumption according to purpose (COICOP) tahun dasar 2018, dengan sebelumnya menggunakan tahun dasar 2012.

Kepala BPS Suhariyanto memandang bahwa memang diperlukan untuk melakukan pemutakhiran tahun dasar. Hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan dalam pola konsumsi masyarakat.

Baca Juga: Industri rokok anggap beleid larangan bahan tambahan dalam rokok seperti pasal karet

"Seiring dengan pergeseran waktu ada peningkatan pendapatan, kemajuan teknologi, sehingga pengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup. Ini mengapa diagram timbang juga akan berubah," terang Suhariyanto pada Selasa (28/1) di gedung BPS, Jakarta.

Perubahan pola konsumsi yang ditemukan oleh BPS adalah pertama, penggunaan internet dan teknologi. Bila masih menggunakan tahun dasar 2012, perkembangan internet dan teknologi masih belum semaju tahun 2018.

Perubahan gaya hidup juga terpampang dari penggunaan media sosial dan pengeluaran untuk keperluan hiburan (leisure) seperti makan di restoran dan lain-lain yang akan meningkat.

Baca Juga: Bunga deposito paling tinggi 6,8%, bunga deposito Bank Mandiri 6%, BCA 4,6%, BRI 5,8%

"Dengan adanya pola perubahan tersebut, akhirnya ada komoditas-komoditas baru yang akhirnya dimasukkan dan ada komoditas lama yang akhirnya harus dibuang karena sudah tidak representatif dengan saat ini," tambah Suhariyanto.

Beberapa komoditas baru yang akan ditambahkan misalnya, konsumsi untuk membeli charger, powerbank, asesoris telepon genggam. Ada juga pengeluaran untuk kendaraan roda dua atau roda empat online karena maraknya transportasi online saat ini.

Sementara komoditas yang akhirnya akan dibuang karena tidak mencerminkan perkembangan konsumsi saat ini seperti kalkulator, biaya pengiriman surat, penggunaan CD atau tape radio, serta tarif Puskesmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×