kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BPS: Orang Indonesia makin anti terhadap korupsi


Kamis, 02 Januari 2014 / 14:33 WIB
BPS: Orang Indonesia makin anti terhadap korupsi
ILUSTRASI. Aturan kenaikan tarif ojol ini berlaku efektif mulai 14 Agustus 2022 mendatang


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Orang Indonesia semakin bersikap anti korupsi. Hal ini terlihat dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai indeks perilaku anti korupsi (IPAK) pada 2013 ini meningkat, menjadi 3,63 dari tahun lalu yang hanya di level 3,55.

Kepala BPS Suryamin, di Jakarta, Kamis (2/1), menuturkan ada kenaikan 0,08 poin dibanding tahun lalu. "Jumlah yang tadinya mengatakan boleh, sekarang berubah menjadi tidak boleh (korupsi). Mungkin ini dampak dari banyaknya yang diciduk, makanya mereka takut juga," ujar Suryamin.

IPAK memiliki empat kelas, dari skala 0 hingga 5. Suryamin memaparkan, nilai indeks 0-1,25 menunjukkan orang sangat permisif terhadap korupsi. Sedangkan nilai indeks 1,26-2,50 menunjukkan kategori orang permisif.

"Nilai indeks 2,51-3,75 artinya orang itu anti korupsi. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga mulai bertanya, dari mana uang yang dibawa pulang oleh suaminya," kata Suryamin.

Sementara itu, indeks 3,76-5,00 menunjukkan orang sangat anti korupsi. Survei yang dilakukan oleh BPS bersama Bappenas ini juga menunjukkan IPAK baik di urban maupun di rural sama-sama meningkat.

Suryamin mengatakan, IPAK 2013 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan tercatat di level 3,71, atau naik dari tahun 2012 sebesar 3,66. Sedangkan, untuk masyarakat yang tinggal di perdesaan tercatat 3,55, sedangkan tahun sebelumnya hanya 3,46.

"Yang menarik, ternyata pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi IPAK," ujar Suryamin.

Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pendapat dan pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×