Sumber: Kompas.co | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kepercayaan pebisnis Inggris yang tergabung dalam British Chamber of Commerce Indonesia melorot. Kadence, sebuah lembaga riset pasar yang mengadakan survey dengan responden 95 perusahaan anggota British Chamber of Commerce Indonesia mencatat, 60 persen responden menyatakan kepercayaannya turun.
Pertama, dilihat dari kondisi makro politik dan ekonomi, tingkat kepercayaan para investor jangka panjang tersebut turun, dari yang sebelumnya 83 persen pada 2012, menjadi 60 persen tahun ini.
Kedua, dilihat dari kondisi bisnis mereka di Indonesia, tingkat kepercayaan menurun dari 89 persen pada 2012 menjadi 66 persen pada 2013. Sementara itu, mereka juga menilai ada penurunan kemudahan dalam berbisnis di Indonesia, dari yang sebelumnya 65 persen pada 2012, menjadi 50 persen pada 2013.
Dari sisi investasi, tingkat kepercayaan dalam iklim investasi secara keseluruhan juga melorot dari 69 persen pada 2012 menjadi 31 persen pada 2013.
Melihat berbagai indikator tersebut, Chairman British Chamber of Commerce Indonesia, Haslam Preeston tetap optimistis dengan berbagai tantangan yang ada, pebisnis Inggris tetap memiliki kepercayaan secara luas dalam menjalankan bisnis di Indonesia.
"Penurunan yang terjadi di berbagai indikator, bagaimanapun juga menimbulkan kekhawatiran mengenai stabilitas level investasi asing langsung. Namun, kita tetap harus mengingat dari survey ini dilaksanakan di tengah kondisi ekonomi yang terjadi, yang dengan dilaksanakannya berbagai tindakan tegas oleh pemerintah telah mulai mereda," kata Haslam, di Jakarta, Kamis (28/11/2013).
Sebagai tambahan, Kadence juga mencatat tingkat kepercayan pebisnis Inggris dari berbagai basis industri. Tingkat kepercayaan tertinggi ada di industri hotel dan pariwisata (83 persen) dan berturut-turut yakni real estate (73 persen), retail dan consumer goods (72 persen), serta mesin dan konstruksi (67 persen).
Sementara itu, tingkat kepercayaan terendah ada di sektor pertambangan (22 persen), minyak dan gas (33 persen), agrikultur (36 persen), serta agak lebih tinggi sektor utilitas (40 persen).
Melihat hasil survei Kadence itu, British Chamber of Commerce Indonesia meminta pemerintah untuk mengadopsi pendekatan yang ramah bisnis dalam mengembangkan hukum dan peraturan baru. Hal itu diusulkan untuk mempertahankan kepercayaan bisnis jangka panjang.
Selain itu, Haslam juga mengatakan pihaknya mengusulkan agar pemerintah Indonesia bisa memperlancar dan menyederhanakan layanan pemerintah. Pemerintah Indonesia juga diminta mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dalam mempekerjakan manajer ekspatriat yang memiliki ketrampilan tinggi.
"Kami berharap pemerintah Indonesia bisa mengeksekusi proyek kunci infrastruktur, terutama pelabuhan, listrik, dan jalan tol, mempertahankan momentum reformasi birokrasi serta tindakan anti korupsi," ujar Haslam.
Di sisi lain, Haslam mengatakan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. "Kami berharap untuk melanjutkan investasi, menumbuhkan tenaga kerja, serta meningkatkan pendapatan di tahun yang akan datang," pungkasnya. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News