Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar optimistis, kalau pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia, akan berlanjut hingga akhir tahun 2013 atau di triwulan IV nanti. Menurut Mahendra, pencapaian nilai investasi di triwulan III yang tumbuh sekitar Rp 700 miliar dari kuartal II menjadi Rp 100,5 triliun. Sementara itu, selama Januari-September tahun ini nilainya sudah mencapai 293,3 triliun, atau tumbuh 27,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Mahendra bilang, menjelang akhir tahun biasanya tingkat investasi memang tinggi. Selain karena faktor siklus, pertumbuhan juga didukung oleh kondisi perekonomian dalam negeri yang menunjukan perbaikan. Hal itu ditunjukan dengan lebih stabilnya nilai tukar rupiah serta inflasi yang relatif bisa dikendalikan.
Meski demikian, Mahendra juga menjelaskan investor juga sebetulnya menghawatirkan kondisi perekonomian global yang belum stabil betul. Krisis politik anggaran di Amerika Serikat (AS) yang terjadi beberapa waktu lalu, berpotensi kembali terjadi di awal tahun depan. Begitupula dengan kemungkinan dilakukannya tapering off oleh bank sentral AS, The Federal Reserve. "Kondisi-kondisi demikian bisa menahan laju investasi akan tumbuh terbatas," ujarnya Jumat (25/10) kepada KONTAN.
Sementara itu, selama periode Januari-September lalu peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia lebih didonimasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) yang mencapai 67,9% darai total. Angka tersebut setara dengan Rp 199,2 triliun. Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya sebesar 43,2% saja, atau baru mencapai Rp 94,1 triliun saja.
Adapun ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistyaningsih mengatakan jika berkaca pada realisasi investasi di kuartal III, pertumbuhan di kuartal IV nanti bisa lebih tinggi. Mengingat secara fundamendal, ekonomi Indonesia semakin baik. Tekanan dari defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficits semakin berkurang. Begitupun dengan kondisi di pasar modal dan pasar uang yang relatif bisa lebih stabil.
Selain itu, pemerintah juga sudah memiliki persiapan yang cukup untuk menahan goncangan global apabila terjadi aksi tapering off oleh The Fed. Hanya saja, Lana tak menghawatirkan soal isu tapering off. Sebab menurutnya, dengan kondisi perekonmian AS yang relatif melambat, tapering off kemungkinan besar tidak akan terjadi, baik di tahun 2013 maupun di tahun 2014.
Kalaupun ada yang bisa mengganjal perhatian investor dari Indonesia adalah karena Indonesia akan menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun 2014 mendatang. ketidakpastian siapa yang akan melanjutkan suksesi kepemimpinan menjadi persoalan minus di mata investor. "Biasanya, ketika menjelang pemilu banyak calon pejabat yang menjanjikan upah buruh naik, ini tidak baik bagi daya saing," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News