kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bila Harga BBM Bersubsidi Naik, Inflasi Inti Akan Ikut Terkerek


Kamis, 01 September 2022 / 19:28 WIB
 Bila Harga BBM Bersubsidi Naik, Inflasi Inti Akan Ikut Terkerek
ILUSTRASI. Pengendara motor mengantri untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU HR. Rasuna Said, Jakarta, Rabu (31/8/2022).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi inti mengalami akselerasi pada Agustus 2022. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti pada bulan Agustus sebesar 3,04% yoy, atau lebih tinggi dari inflasi inti pada Juli 2022 yang sebesar 2,86% yoy.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, peningkatan inflasi inti pada bulan Agustus 2022 ini memang seiring dengan mobilitas publik yang terus meningkat.

“Inflasi inti kembali menguat karena mobilitas masyarakat terus meningkat, yang juga diikuti penguatan permintaan,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (1/9).

Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Harga BBM Subsidi Akan Menimbukan Efek Domino

Ke depan, Faisal melihat ada kemungkinan inflasi inti untuk bisa meningkat. Ini didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat yang kemudian mendorong meningkatnya permintaan (demand-pull inflation).

Selain itu, inflasi inti juga bisa memanas, bila pemerintah jadi meningkatkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, alias harga Pertalite dan Solar. Pasalnya, peningkatan harga Pertalite dan Solar ini akan memberikan dampak rambatan ke inflasi inti.

“Dampak peningkatan harga tidak hanya di dampak pertama, atau peningkatan inflasi harga diatur pemerintah. Namun, juga ada di dampak rambatan, ke peningkatan harga barang dan jasa karena transportasi butuh bahan bakar,” tambah Faisal.

Faisal pun menjabarkan hitungannya. Bila harga Pertalite naik sekitar 30%, yaitu dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, maka akan ada tambahan inflasi sebesar 0,83% poin.

Kemudian, bila harga Solar naik sekitar 65%, yaitu dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, maka akan menyumbang inflasi sebesar 0,33% poin.

Baca Juga: Kepala BPS: Dampak Peningkatan BBM Bersubsidi Tergantung Skenario Pemerintah

Bila kondisi ini benar terjadi, Faisal pun memperkirakan inflasi inti bisa lebih dari 4% yoy. Kemudian, inflasi secara umum pasti akan mealmpaui batas atas sasaran BI yang sebesar 4% yoy, juga melampaui perkiraan Bank Mandiri sebelumnya.

“Kami memperkirakan inflasi pada tahun ini akan berada di kisaran 6% yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan kami sebelumnya yang sebesar 4,60% yoy. Dengan kondisi ini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 akan berada di kisaran 5,17% yoy,” tandas Faisal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×