Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur Indonesia kembali meraih momentum pertumbuhan pada bulan Agustus 2022 yang didorong oleh kondisi ekonomi dan permintaan yang membaik.
Berdasarkan data terkini Purchasing Managers's Index (PMI) dari S&P Global, pada periode Agustus 2022, PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 51,7 atau lebih tinggi jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang berada pada angka 51,3.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa meski PMI Manufaktur Indonesia mengalami kenaikan pada Agustus 2022, namun dengan rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM subsidi makan akan membuat kenaikan harga di tingkat industri. Sehingga efeknya harga jual ke masyarakat juga akan ikut naik.
Baca Juga: Kepala BPS: Dampak Peningkatan BBM Bersubsidi Tergantung Skenario Pemerintah
"Harga yang meningkat membuat permintaan akan menurun. Jadi efeknya domino," ujar Huda kepada Kontan.co.id, Kamis (1/9).
Terlebih lagi, menurut Huda, industri yang bergerak di makanan dan minuman juga akan sangat terkerek harganya apabila pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Sehingga dirinya meminta pemerintah untuk mengkaji lebih lanjut terkait kebijakan tersebut karena akan berpengaruh terhadap kinerja sektor manufaktur.
"Mudah-mudahan gak dinaikkan," katanya.
Oleh karena itu, Huda meminta pemerintah untuk terus menjaga laju inflasi di dalam negeri. Pasalnya inflasi masih akan menjadi tantangan yang dihadapi sektor manufaktur ke depannya sehingga daya beli masyarakat dapat terancam.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, apabila pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM, maka perusahaan yang masuk dalam kategori menegah besar tidak akan serta merta menaikkan harga produksinya.
Baca Juga: GAPMMI Bantah Harga Mie Instan Naik Hingga Tiga Kali Lipat
Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut akan menimbang daya beli masyarakat yang tentu akan berdampak kepada permintaan produk manufaktur. Ia menyebut, saat ini harga komoditas mulai menunjukkan penurunan sehingga bisa mengkompensasi kenaikan logistik.
"Justru menimbang daya beli. Kenaikan harga jual last resort (jalan terakhir). Beruntung sekarang harga komoditi mulai turun, jadi bisa kompensasi kenaikan logistik," kata Adhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News