kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.378.000   -2.000   -0,08%
  • USD/IDR 16.690   14,00   0,08%
  • IDX 8.602   80,24   0,94%
  • KOMPAS100 1.193   12,91   1,09%
  • LQ45 865   7,60   0,89%
  • ISSI 304   4,46   1,49%
  • IDX30 446   2,37   0,53%
  • IDXHIDIV20 515   2,35   0,46%
  • IDX80 134   1,57   1,18%
  • IDXV30 138   1,84   1,35%
  • IDXQ30 142   0,70   0,49%

Biaya Produksi Beras Lokal Dinilai 3 Kali Lebih Mahal dari Harga Impor Thailand


Rabu, 26 November 2025 / 20:35 WIB
Biaya Produksi Beras Lokal Dinilai 3 Kali Lebih Mahal dari Harga Impor Thailand
ILUSTRASI. Pekerja menutup karung berisi kedelai impor untuk dijual di Semanan, Kalideres, Jakarta, Selasa (25/11/2025). Pengamat IPB Dwi Andreas ungkap harga beras impor Thailand Rp 5.700/kg, jauh di bawah biaya produksi lokal Rp 15.052/kg. Sorotan impor beras.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Polemik harga beras kembali mencuat setelah beredar informasi bahwa beras impor jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi beras dalam negeri. 

Isu ini mengemuka di tengah sorotan publik terhadap kasus impor beras ilegal yang baru-baru ini diungkap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Pengamat pertanian IPB University, Dwi Andreas, menjelaskan bahwa harga beras impor premium dari Thailand saat ini hanya sekitar US$ 340 per ton atau setara Rp 5.700 per kilogram (kg). 

Angka tersebut sangat kontras dengan biaya produksi beras premium di dalam negeri yang mencapai Rp 15.052 per kg, dengan asumsi harga gabah Rp 6.500 per kg.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Petani Prediksi Produksi Beras Meningkat Jadi 33 Juta Ton

“Biaya produksi saja sudah Rp 15.052 per kilo. Sementara beras impor dari Thailand hanya Rp 5.700 per kilo,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/11/2025).

Selain membahas soal disparitas harga, Dwi juga menanggapi temuan impor beras ilegal di Batam dan Sabang. 

Ia menyebut kasus Sabang yang berjumlah 250 ton sebenarnya legal karena merupakan bagian dari kuota impor hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kemenko Pangan. Menurutnya, Aceh memang memiliki mekanisme impor khusus.

“Jumlahnya sangat kecil, hanya 250 ton, tapi jadi heboh satu Indonesia,” tegasnya.

Dwi justru menyoroti impor beras khusus yang volumenya jauh lebih besar namun kurang mendapat perhatian publik. 

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, impor beras khusus termasuk menir, beras Basmati, dan Japonica untuk kebutuhan industri dan restoran mencapai 223.312 ton pada Januari–Juli 2025.

Baca Juga: Produksi Beras RI Diprediksi Capai 34,77 Juta Ton, Pemerintah Siapkan 100 Gudang Baru

“Impor beras khusus ini sebenarnya jauh lebih besar. Mulai dari beras untuk restoran Jepang, beras Basmati, hingga menir untuk kebutuhan industri,” ujarnya.

Menurut Dwi, ketimpangan harga dan tingginya impor beras khusus perlu menjadi perhatian karena berpotensi memengaruhi pasar domestik dan posisi petani dalam negeri.

Selanjutnya: Homelife Indonesia Series 2025 Digelar, Dorong Perluasan Pasar dan Kerjasama Industri

Menarik Dibaca: Hujan Ekstrem Landa Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (27/11) dari BMKG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×