Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencoba terus mendorong pengucuran kredit ke sektor riil supaya negeri ini bisa meningkatkan kapasitas produksi nasional dan menjaga pertumbuhan ekonomi dan tidak terjadi overheating
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi Agus Sarwono, mengungkapkan, jangan sampai penyaluran kredit perbankan dominan ke kredit konsumsi, pasalnya itu tidak menambah kapasitas produksi pasar. "Nanti kita lihat kredit-kredit mana yang sudah berbahaya dan akan diarahkan ke sektor-sektor yang membangun kapasitas produksi," ucap Hartadi, Jumat, (1/7).
Hartadi menjelaskan, peningkatan kapasitas produksi sangat perlu dilakukan, agar target pertumbuhan ekonomi dapat dicapai tanpa overheating. Bahaya overheating itu selalu ada kalau kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi berjalan terlalu cepat daripada kapasitas ekonomi. Sehingga besarnya permintaan bisa dipenuhi dengan ketersediaan suplai.
"Saat ini pemerintah telah memulai program-program pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kapasitas produksi, seperti Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)," tambahnya. Artinya, jika kapasitas produksi itu baik, tujuan pemerintah yang mau mencapai pertumbuhan ekonomi 7% itu tidak akan membuat perekonomian overheating. Tapi kalau tidak, pertumbuhan ekonomi 6,5% saja sudah akan membuat perekonomian negeri ini goyang.
BI mencatat pada April 2011, total penyaluran kredit perbankan mencapai Rp 1.843,53 triliun, meningkat 23,8% dibandingkan April 2010. Jenis kredit yang disalurkan, sebagian besar masih besar di kredit modal kerja mencapai Rp 882,82 triliun, kredit konsumsi sebesar Rp 577,28 triliun dan kredit investasi Rp 383,42 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News