Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengajak Indonesia untuk bertransformasi menjadi inovatif dan bekerja keras untuk menghadapi tantangan-tantangan global. Selain itu, ini juga sebagai langkah untuk memperkuat dan membenahi prospek ekonomi.
"Di tengah ekonomi global yang menantang, kita harus memiliki strategi yang bisa menjadi fokus untuk dikerjakan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada Selasa (29/10) saat ditemui di Jakarta.
Baca Juga: BI proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% tahun ini, berikut tantangannya
Perry mengungkapkan ada lima hal yang bisa menjadi fokus, terutama yang bisa dikerjakan oleh BI. Pertama, adalah meningkatkan sinergi bauran kebijakan di BI antara moneter dan makroprudensial.
Sinergi yang telah ada selama ini telah dilakukan oleh BI dipandang sudah mampu menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Sebagai contoh BI sudah menurunkan suku bunga acuan hingga 5% diikuti juga dengan relaksasi makroprudensial, peringanan uang muka perumahan, dan lain-lain.
"Ini semua kita lakukan karena kita pro growth," jelas Perry.
Sementara dari sisi fiskal, Perry juga melihat sudah adanya stimulus fiskal yang telah diberikan oleh Kementerian Keuangan, yaitu dengan pengeluaran anggaran yang terus didorong.
Meski pada tahun 2019 ini defisit fiskal diramalkan melebar menjadi 2,2%, ini dipandang masih tetap terkendali dan cukup untuk memberi stimulus.
Kedua, adalah dengan melakukan sinergi untuk mencari sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Perry menilai ada beberapa sektor yang bisa untuk menjadi tumpuan baru pertumbuhan ekonomi Indonesia, antara lain manufaktur dengan otomotif, tekstil, elektronik, food and beverages, dan lain-lain.
Baca Juga: BI proyeksikan penyaluran kredit perbankan masih tumbuh di kuartal IV
Selain itu, Indonesia juga bisa mendorong sektor pariwisata. "Apalagi saat ini kita juga sudah fokus dengan pariwisata 10 bali baru. Yogyakarta, Mandalika, Labuan Bajo, Manado, dan lain-lain," tambah Perry.
Perry juga melihat bahwa dari sektor UMKM dan sektor ekonomi keuangan digital bisa menjanjikan untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia, termasuk juga dari maritim.
Ketiga, reformasi yang dilakukan dengan transformasi ekonomi. Menurut Perry, hal ini juga sudah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pertama, yaitu dengan pengembangan infrastruktur. Perry memandang langkah ini masih perlu dilakukan.
Selanjutnya adalah dengan fokus pada penarikan investasi. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan pemangkasan izin investasi. "Ini bisa dilakukan dengan more speed proceess, apalagi yang menyangkut perizinan dari pemerintahan pusat baik pemerintahan daerah," kata Perry.
Baca Juga: Dana asing Rp 210 triliun mengalir masuk ke Indonesia sejak awal tahun ini
Dari hal ini, Perry menyebut sudah adanya omnibus law yang sudah menghapus undang-undang tentang perizinan yang merepotkan. Saat ini omnibus law itu pun sedang dipersiapkan dan diharapkan untuk bisa mendorong investasi.
Keempat, adalah dengan menggalang kerjasama dengan berbagai negara, baik bilateral maupun regional untuk mendorong perdagangan dan investasi. Yang bisa menjadi sasaran Indonesia adalah Asean dan APEC.
Untuk bilateral, Indonesia saat ini sedang dalam proses perjanjian free trade agreement dengan Australia dan Uni Eropa.
Kelima, adalah dengan kerjasama regional dalam hal keuangan dan bagaimana memperkuat ketahanan secara regional. BI memandang kerjasama dengan Asean+3 sudah bisa menjadi jawaban, yaitu dengan Jepang, China, dan Korea.
Baca Juga: Musim mencukur suku bunga masih berlanjut, seberapa ampuh dorong pertumbuhan ekonomi?
Selain kelima hal tersebut, Perry juga membuka kesempatan bagi negara lain dan organisasi yang ingin memberi sumbang saran bagi BI dan pemerintah untuk menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News