kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI: Penggunaan dollar masih dominan


Kamis, 25 Agustus 2016 / 20:42 WIB
BI: Penggunaan dollar masih dominan


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

MEDAN. Bank Indonesia mengakui penggunaan dollar AS masih tetap mendominasi sehingga dinilai perlu dorongan untuk peningkatan mata uang asing lainnya.

"Pasar valas (valuta asing) yang masih dangkal yang tercermin dari dominasi dollar AS pada transaksi serta terbatasnya instrumen derivatif di pasar keuangan itu harus diatasi," ujar Kepala Divisi Advisory BI Perwakilan Sumut Budi Trisnanto di Medan, Kamis (25/8).

Menurut dia, dominannya dollar AS di pasar valas domestik tersebut menyebabkan transaksi perdagangan semakin tergantung pada dollar AS.

Dominasi dollar AS di pasar Indonesia justru berbanding terbalik dengan kondisi hubungan dagang antara Indonesia dengan AS.

Hingga dewasa ini, ekspor Indonesia lebih banyak ke Eropa dan Jepang masing-masing sebesar 11 %. Sedangkan ke AS dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) masih 10 %.

Adapun impor juga didominasi RRT 20 %, Singapura 15 % dan Eropa 10 %. "Ironisnya, mata uang yang paling dominan dipakai dalam transaksi ekspor justru dollar AS yakni 94 %, sedangkan sisanya berupa mata uang Euro, Yen, Yuan, dan dollar Singapura," katanya.

Bahkan sementara dalam transaksi impor, dollar AS juga masih mendominasi sekitar 58 %, disusul Euro 4,4 %, Rupiah 2,9 %, dan yen 2,8 %.

"Ketergantungan terhadap dollar AS itu juga dipicu kebiasaan para pengusaha, baik eksportir mau pun importir yang menggunakan dollar AS dalam setiap transaksi sebagai akibat dari terbatasnya pemahaman mengenai penggunaan mata uang lain dalam transaksi internasional," katanya.

Ketergantungan dengan dollar AS membuat nilai tukar Rupiah menjadi kurang "perkasa" saat berhadapan dengan dollar AS.

"Untuk itu BI terus berupaya membuat kebijakan dan pengaturan pasar valas domestik yang mendukung sektor riil dan membatasi spekulasi untuk mencapai stabilitas nilai tukar," katanya.

BI juga mendorong transaksi lindung nilai untuk mengurangi dominasi transaksi spot yang bersifat tergesa-gesa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×