kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi


Sabtu, 20 Agustus 2016 / 12:55 WIB
BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Sebelumnya, pada akhir Mei 2016, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 dari kisaran 5,2%-5,6% menjadi 5%-5,4%, kini BI memangkas proyeksinya lagi menjadi 4,9%-5,3%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, koreksi  perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 menjadi efek dari pemangkasan anggaran belanja negara jilid II sebesar Rp 133 triliun pada tahun ini. Selain itu, proyeksi ke bawah juga disebabkan masih melambatnya perekonomian global.

Walau begitu, menurut Agus, pihaknya tetap melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan positif. "Kami lihat pada kuartal III dan IV, pertumbuhan ekonomi akan ada di kisaran 5%.  Lebih tepatnya di kuartal III di kisaran 5,14% dan kuartal IV sedikit di bawah 5%," kata Agus, Jumat  (19/8).

Pertumbuhan ekonomi di semester II 2016 terutama didorong oleh masuknya aliran dana program pengampunan pajak. Diharapkan dana-dana itu bisa masuk dan disalurkan ke sektor-sektor produktif.

Beberapa sektor utama yang diperkirakan akan berkembang antara lain sektor infrastruktur, properti, pertanian, dan pariwisata. Selain itu industri pengolahan diperkirakan juga akan banyak mendapat pendanaan dari pengampunan pajak. "Pertumbuhan kredit relatif rendah, ada di bawah," katanya.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, ada tiga fakor yang mendorong revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dari BI. Selain implikasi fiskal dan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia,   saat ini permintaan domestik dan investasi swasta masih perlu waktu untuk pulih.

Perry bilang, pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi Eropa turun, demikian juga AS, termasuk China yang tak akan setinggi perkiraan. Sedangkan di dalam negeri, saat ini sudah ada indikasi permintaan investasi swasta meningkat.

Hal ini diklaim Perry sebagai dampak stimulus fiskal, penurunan suku bunga, dan relaksasi makro prudensial yang dilakukan BI. "Ternyata indikator ekonomi selama ini tidak sekuat yang kita perkirakan, dalam konteks perspektif bisnis yang belum kuat. Namun ekonomi Indonesia sudah melewati titik terendah," katanya.

Ke depan, Perry bilang, masih ada ruang penurunan suku bunga. Hal itu terlihat dari membaiknya defisit transaksi berjalan (CAD) dan stabilnya nilai tukar. "Permasalahannya adalah timing yang tepat," katanya.

Menurutnya, dampak pelonggaran moneter yang dilakukan BI melalui penurunan giro wajib minimum  (GWM), dan mulai berlakunya kebijakan loan to value (LTV) dalam waktu dekat akan memperkuat dorongan ekonomi ke depan, khususnya  dari sisi kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×