kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Defisit transaksi berjalan tahun 2020 bisa di bawah 2% dari PDB


Selasa, 19 Mei 2020 / 17:43 WIB
BI: Defisit transaksi berjalan tahun 2020 bisa di bawah 2% dari PDB


Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) yakin defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di tahun ini bisa di bawah 2% PDB. Angka ini juga lebih rendah dari garis kebijakan CAD semula yang sebesar 2,5%-3% dari PDB.

"Ini menunjukkan bahwa ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia yang tetap baik," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (19/5) via video conference.

Bila berdasarkan proyeksi tersebut, berarti CAD di sepanjang tahun ini juga bisa lebih rendah dari CAD di sepanjang tahun 2019 yang sebesar US$ 30,4 miliar alias 2,72% dari PDB.

Baca Juga: Neraca dagang sempat surplus, LPEM UI yakin CAD bisa lebih rendah dari 1,6% PDB

Selain itu, Perry juga meramal bahwa CAD di kuartal pertama tahun ini bisa lebih rendah dari 1,5% PDB. CAD ini juga menyempit bila dibandingkan kuartal IV-2019 yang sebesar US$ 8,1 miliar atau 2,84% PDB.

Rendahnya CAD di kuartal I-2020 ini dipengaruhi oleh menurunnya impor sejalan melambatnya permintaan domestik, sehingga meminimalkan dampak berkurangnya ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Penurunan impor juga dinilai mampu menurunkan keperluan devisa untuk biaya transportasi dan asuransi impor sehingga defisit neraca jasa bisa menyempit.

Lebih lanjut, rendahnya CAD di kuartal I ini juga tak lepas dari sisi pariwisata. Dengan adanya Covid-19 ini, bank sentral bersama pemerintah meramal adanya penurunan devisa yang disebabkan berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

Baca Juga: Gubernur BI: Likuiditas valas masih lebih dari cukup

Namun, rupanya penurunan jumlah devisa wisman ini tidak sebesar yang diperkirakan oleh BI dan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh juga berkurangnya penggunaan devisa untuk wisatawan domestik yang ingin pergi ke luar negeri, akibat adanya pembatasan mobilitas manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×