kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Neraca dagang sempat surplus, LPEM UI yakin CAD bisa lebih rendah dari 1,6% PDB


Selasa, 19 Mei 2020 / 14:01 WIB
Neraca dagang sempat surplus, LPEM UI yakin CAD bisa lebih rendah dari 1,6% PDB
ILUSTRASI. Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) diprediksi bisa menyempit di kisaran 1,4% - 1,6% dari PDB di kuartal pertama tahun ini.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama dua periode berturut-turut di kuartal I-2020, yaitu surplus US$ 2,51 miliar pada Februari 2020 dan surplus tipis US$ 0,74 miliar pada Maret 2020.

Dengan melihat perkembangan ini, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) yakin defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) bisa menyempit di kisaran 1,4% - 1,6% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal pertama tahun ini.   

Menurut ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, surplus perdagangan yang mendukung prospek menyempitnya CAD tersebut disebabkan oleh peningkatan ekspor sebagai imbas dari limpahan permintaan dari penutupan perdagangan China ke produsen domestik.

Baca Juga: Waspada, impor barang modal & bahan baku turun

"Sehingga ini menyebabkan pergeseran pergeseran pasar jangka pendek dari China ke Indonesia untuk ebberapa komoditas ekspor di pasar global," ujar Teuku Riefky dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Senin (18/5).

Sayangnya, dengan kondisi ini kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa ini merupakan indikator perbaikan ekonomi ke depan. Pasalnya, impor terlihat lesu, terutama impor barang modal dan bahan baku tercatat turun signifikan.

Hal ini bisa sebagai indikasi adanya penurunan aktivitas ekonomi di sektor riil sehingga dapat mengakibatkan berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi di periode mendatang dan sebagai bumerang bagi kinerja ekspor ke depannya.

Seiring dengan hal ini, lembaga tersebut pun memperkirakan masih adanya kontraksi pertumbuhan yang lebih tajam pada sektor manufaktur di kuartal II dan kuartal III-2020, terutama untuk sektor padat karya.

"Apalagi ini ditandai dengan jatuhnya PMI manufaktur di April 2020 ke level terendah dalam sejarah, yaitu sebesar 27,5 atau juga lebih rendah dari posisi PMI manufaktur di kuartal I-2020 yang di atas 45," kata Riefky.

Baca Juga: Neraca dagang April 2020 defisit US$ 344,7 juta, begini tanggapan Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×