kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Dampak wabah corona ke perekonomian akan paling terasa di kuartal I-2020


Kamis, 20 Februari 2020 / 18:47 WIB
BI: Dampak wabah corona ke perekonomian akan paling terasa di kuartal I-2020
ILUSTRASI. Petugas mengenakan alat pelindung diri memberikan informasi kepada penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (4/2/2020).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus melakukan penilaian dan evaluasi terhadap perkembangan wabah virus Covid-19 atau corona, serta dampaknya pada perekonomian global maupun domestik.

Untuk sementara, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dampak dari wabah corona akan paling terasa ke perekonomian sepanjang Februari dan Maret ini atau sepanjang kuartal I-2020.

Baca Juga: BI turunkan proyeksi pertumbuhan kredit Indonesia jadi hanya 9%-11% di 2020

“Hasil  assessment kami, dampak yang ditimbulkan akan berpola  V-shape yaitu mengalami penurunan signifikan pada kuartal I-2020, namun akan pulih secara berangsur-angsur selama enam bulan ke depan. Artinya, dampak secara keseluruhan masih akan terasa selama enam bulan ini,” tutur Perry.

Di sektor pariwisata, dengan skenario penutupan penerbangan dari dan ke China selama dua bulan dan penurunan wisatawan mancanegara (wisman) China maupun negara lainnya selama enam bulan, BI memperkirakan pengaruhnya terhadap penurunan devisa pariwisata mencapai kurang lebih US$ 1,3 miliar.

“Kalau nanti (penerbangan) kembali dibuka, akan kembali naik tapi pasti tidak langsung berbondong-bondong. Akan kembali normal lagi sampai dengan enam bulan proyeksinya,” kata Perry.

Sementara di sektor perdagangan internasional, gangguan logistik dan distribusi dalam proses ekspor dan impor akan berpengaruh mengurangi devisa masing-masing sebesar US$ 300 juta dan US$ 700 juta.

“Hasil komunikasi kami dengan para pengusaha importir, memang mereka melaporkan adanya gangguan distribusi logistik. Tapi mereka masih punya stok sehingga masih tetap bisa melakukan produksi dan memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” lanjut dia.

Baca Juga: Selain suku bunga, BI juga longgarkan lagi kebijakan makroprudensial

Dari sisi investasi, BI juga memperhitungkan potensi terjadinya penundaan realisasi investasi khususnya dari China sebesar kurang lebih US$ 400 juta.

“Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2020. Assessment ini akan terus kami lakukan dan kami update berdasarkan pantauan karena memang ketidakpastiannya masih sangat tinggi,” ujar Perry.

Baca Juga: Jokowi: Target pertumbuhan ekonomi 5,3% masih masuk akal

Dampak virus corona yang paling terasa di kuartal pertama, lanjut Perry, akan tecermin dari pertumbuhan PDB yang diprediksi berada di bawah 5% atau tepatnya pada level 4,9% di akhir kuartal I-2020 nanti.

Namun, dengan adanya bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif, serta kebijakan fiskal pemerintah melalui percepatan (frontloading) belanja, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali naik pada kuartal III dan kuartal IV sesuai dengan pola  V-Shape yang diperkirakan.

“Stimulus-stimulus ini akan mendorong pertumbuhan sesuai dengan pola V-shape pada triwulan ketiga dan keempat mencapai ke atas 5%. Itu juga kenapa kami sampaikan pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi lagi menjadi ke kisaran 5,2% - 5,6%,” tandas Perry.

Baca Juga: Gara-gara corona, BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5%-5,4%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×