Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
Dari sisi investasi, BI juga memperhitungkan potensi terjadinya penundaan realisasi investasi khususnya dari China sebesar kurang lebih US$ 400 juta.
“Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2020. Assessment ini akan terus kami lakukan dan kami update berdasarkan pantauan karena memang ketidakpastiannya masih sangat tinggi,” ujar Perry.
Baca Juga: Jokowi: Target pertumbuhan ekonomi 5,3% masih masuk akal
Dampak virus corona yang paling terasa di kuartal pertama, lanjut Perry, akan tecermin dari pertumbuhan PDB yang diprediksi berada di bawah 5% atau tepatnya pada level 4,9% di akhir kuartal I-2020 nanti.
Namun, dengan adanya bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif, serta kebijakan fiskal pemerintah melalui percepatan (frontloading) belanja, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali naik pada kuartal III dan kuartal IV sesuai dengan pola V-Shape yang diperkirakan.
“Stimulus-stimulus ini akan mendorong pertumbuhan sesuai dengan pola V-shape pada triwulan ketiga dan keempat mencapai ke atas 5%. Itu juga kenapa kami sampaikan pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi lagi menjadi ke kisaran 5,2% - 5,6%,” tandas Perry.
Baca Juga: Gara-gara corona, BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5%-5,4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News