Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Industri makanan dan minuman (mamin) dinilai bakal menjadi industri yang paling diuntungkan dari pembukaan pasar baru di kawasan Asia-Afrika pasca kerjasama antar negara-negara yang terbagung dalam Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia atau Indian Ocean Rim Association (IORA).
Thomas Darmawan, Ketua Komite Tetap Industri Makanan dan Protein Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menuturkan, kawasan IORA yang dihuni sekitar 2,7 miliar penduduk, membutuhkan pasokan makanan yang besar. Apalagi dengan pertumbuhan ekonomi kawasan IORA yang semakin meningkat, variasi permintaan akan makanan termasuk makanan olahan akan meningkat.
“Kementerian Perdagangan, punya target sendiri pertumbuhan ekspor mamin antara 7 sampai 8%. Saya pikir bisa di atas 8% tahun ini,” ujar Thomas, Jumat (10/3).
Menurutnya, selain India, Afrika Selatan juga dapat dibidik dalam lingkup kerja sama IORA. “Afrika Selatan bisa menjadi pintu masuk ke kawasan Afrika lainnya. Sedangkan Asia Selatan bisa dimanfaatkan untuk masuk ke negara Rusia Tengah, seperti Belarus, Kazakstan,” ucapnya.
Ekspor makanan olahan, lanjut, Thomas bisa menjadi prioritas mengingat jarak negara-negara yang memerlukan ongkos transportasi yang tidak sedikit. “Kalau segar kan cold storage harus siap, yang paling bisa kita lakukan ialah buah-buahan atau ikan. Tapi ke depan ekspor itu sudah dalam bentuk olahan, bukan bentuk barang mentah,” katanya.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) sebelumnya menargetkan ekspor produk mamin olahan nasional tahun ini tumbuh 16% menjadi US$ 7 miliar, dari realisasi tahun 2016 lalu sebesar US$ 6 miliar.
Dengan pertumbuhan sebesar itu, industri mamin diprediksi bakal menjadi motor pertumbuhan ekspor non migas tahun ini yang dipatok sebesar 5,6%. Saat ini, kontribusi produk mamin terhadap ekspor non migas mencapai 35%.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan,
pasar produk makanan dan minuman di negara-negara kawasan IORA diperkirakan potensinya mencapai US$ 28,5 miliar. Meski begitu, saat ini ekspor produk makanan dan minuman asal Indonesia ke negara-negara IORA baru senilai US$ 1,39 miliar atau hanya 4,89% dari potensi yang ada. "Jadi masih terbuka peluang yang cukup besar untuk pertumbuhan ekspor ke negara-negara IORA," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News