kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.403.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.718   7,00   0,04%
  • IDX 8.657   -53,52   -0,61%
  • KOMPAS100 1.182   -11,11   -0,93%
  • LQ45 848   -7,02   -0,82%
  • ISSI 309   -1,55   -0,50%
  • IDX30 438   -4,20   -0,95%
  • IDXHIDIV20 507   -6,34   -1,24%
  • IDX80 132   -1,12   -0,84%
  • IDXV30 139   -1,90   -1,35%
  • IDXQ30 139   -1,98   -1,40%

Bencana Sumatra Berpotensi Mengerek Inflasi Desember 2025


Rabu, 10 Desember 2025 / 05:30 WIB
Bencana Sumatra Berpotensi Mengerek Inflasi Desember 2025
ILUSTRASI. Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra berpotensi menekan inflasi Desember. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nym.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra berpotensi menekan inflasi nasional pada Desember 2025. 

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman mengatakan, tekanan terutama datang dari jenis volatile food serta meningkatnya biaya distribusi logistik. Meski demikian, secara agregat nasional, dampaknya dinilai masih relatif terbatas.

Menurut Rizal, meski bencana di wilayah Sumatra terjadi menjelang akhir November, namun dampaknya ke harga pangan baru akan terasa pada Desember.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Tetapkan Zona Darurat Pangan di Wilayah Bencana Sumatra

"Memasuki Desember, gangguan infrastruktur, terhambatnya arus logistik pangan dan BBM, serta kelangkaan pasokan di daerah terdampak berpeluang mendorong inflasi bulanan meningkat dibanding November," ungkap Rizal kepada Kontan, Selasa (9/12/2025).

Meski begitu, Rizal memperkirakan kenaikan inflasi tahunan masih moderat dan tetap berada dalam rentang sasaran. Kontribusi wilayah terdampak terhadap inflasi nasional tidak dominan, sementara pasokan nasional juga masih ditopang oleh daerah lain.

Pada level regional, terutama di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, tekanan inflasi disebut cenderung lebih kuat dan tidak simetris. Menurutnya ketika distribusi mulai berjalan kembali di Desember dengan kondisi pasokan yang masih terbatas, inflasi bulanan berpotensi berbalik naik cukup signifikan, terutama pada komoditas pangan segar dan jasa transportasi. 

"Dengan dinamika tersebut, inflasi tahunan di Sumatra berisiko bertahan di atas rata-rata nasional, meskipun sifatnya temporer dan sangat bergantung pada kecepatan pemulihan distribusi dan normalisasi pasokan," ungkapnya.

Baca Juga: Inflasi Sumatra Meledak Usai Bencana, Ekonom: Ini Force Majeure, Harus Out of the Box

Dari sisi kebijakan, Rizal mengingatkan bahwa risiko utama yang perlu diantisipasi pemerintah bukan hanya lonjakan inflasi agregat, tetapi juga kenaikan tekanan biaya hidup rumah tangga terdampak serta potensi penyebaran tekanan harga ke wilayah sekitar. 

Ia menilai pendekatan kebijakan yang terlalu bergantung pada bantuan tunai dapat kurang efektif apabila tidak dibarengi dengan pengamanan pasokan.

"Fokus kebijakan perlu diarahkan pada percepatan pemulihan logistik, penguatan operasi pasar dan distribusi cadangan pangan, serta optimalisasi peran TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) di daerah terdampak," ungkap Rizal.

Menurutnya, pendekatan berbasis pasokan ini krusial untuk memastikan tekanan inflasi Desember bersifat sementara, terkelola, dan tidak membebani stabilitas inflasi pada awal 2026.

Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik mencatat inflasi November sebesar  0,17% secara bulanan (mtm), dan 2,27% secara tahunan (yoy).

Selanjutnya: Harga Emas Naik Menjelang Keputusan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Menarik Dibaca: 25 Ucapan Peringatan Hari HAM Sedunia 2025 Inspiratif dan Penuh Semangat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×