kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Begini prediksi DRI soal neraca perdagangan pada Januari 2021


Minggu, 14 Februari 2021 / 14:22 WIB
Begini prediksi DRI soal neraca perdagangan pada Januari 2021
ILUSTRASI. Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/12/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan neraca perdagangan kembali surplus pada Januari 2021, sebesar US$ 2,08 miliar. Surplus ini turun tipis dari angka surplus pada bulan Desember 2020 yang sebesar US$ 2,1 miliar. 

Kepala ekonom DRI Moekti P. Soejachmoen mengungkapkan, penurunan angka surplus didorong oleh nilai impor yang sudah mulai mendaki setelah adanya peningkatan PMI manufaktur pada bulan Januari 2021. 

“Kami perkirakan ekspor akan sebesar US$ 16,53 miliar atau turun 0,01% mom, sedangkan impor sebesar US$ 14,45 miliar atau meningkat 0,11% mom,” tulis Moekti dalam laporan yang diterima Kontan.co.id. 

Baca Juga: Gubernur BI: Neraca pembayaran tahun 2020 bakal surplus

Terperinci, penurunan tipis kinerja ekspor secara bulanan pada bulan lalu dipicu oleh pemberlakuan kembali kebijakan pembatasan aktivitas pada bulan tersebut. Selain itu, ini juga disebabkan oleh penurnan aktivitas manufaktur di beberapa negara mitra dagang Indonesia. 

Seperti contohnya PMI Manufaktur China yang tercatat 51,5 atau turun dari 53,0 pada bulan Desember 2020. Ada juga PMI Manufaktur Eropa yang tercatat 54,8 pada bulan Januari 2021 setelah pada bulan Desember 2020 mencapai 55,20. 

Bahkan, ada negara Jepang dengan PMI manufaktur sebesar 49,8 atau berada dalam zona kontraksi, setelah pada bulan Desember 2020 mencapai zona kontraksi di 50,00. Pun dengan PMI Manufaktur Thailand tercatat 49,00 atau turun dari 50,80 pada bulan sebelumnya. 

“Penurunan kinerja manufaktur negara mitra dagang didorong oleh peningkatan kasus Covid-19 yang menghambat laju produksi karnea beberapa permintaan baru berkurang,” kata Moekti. 

Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi neraca dagang Januari 2021 surplus US$ 1,5 miliar

Seiring dengan hal itu, indeks manufaktur global terpantau menurun pada awal tahun ini, disebabkan oleh penurunan permintaan baru akibat sektor riil kembali tertekan oleh meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa negara. 

Dari sisi impor, peningkatan impor didorong oleh PMI Manufaktur Indonesia yang mencapai 52,2 pada bulan Januari 2021. Ini meningkat dari 51,3 pada bulan Desember 2020. 

Peningkatan kinerja manufaktur diprediksi akan diikuti dengan peningkatan impor, terutama untuk impor non minyak dan gas (non migas).

Naiknya impor tak melulu jadi kabar buruk. Pasalnya, peningkatan impor pada bulan Januari 2021 akan menunjukkan mendakinya aktivitas pembelian yang sejalan dengan peningkatan  permintaan dan produksi industri pengolahan di awal tahun ini. 

Sementara ke depan, Moekti memprediksi neraca perdagangan masih akan surplus dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan, ia optimistis surplus ini akan seiring dengan peningkatan ekspor dan impor, meski masih belum kembali ke level sebelum pandemi. 

Baca Juga: IHSG diproyeksi menguat Senin (15/2), ini sentimennya

Pergerakannya akan didorong oleh pemulihan negara mitra dagang Indonesia, khususnya industri pengolahan yang juga menunjukkan seberapa baik negara tersebut menangani kasus Covid-19. 

Kemudian, ada potensi peningkatan harga dari ekspor komoditas andalan Indonesia, seperti batubara dan Crued Palm Oil (CPO). Kemudian distribusi vaksin Covid-19 untuk publik juga diharapkan bisa berlangsung pada Februari 2021 atau paling lambat di kuartal kedua tahun ini. 

Namun, ada kekhawatiran potensi diperpanjangnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kalau tidak ada penurunan kasus Covid-19. Ini bisa menghambat kinerja ekspor impor untuk kembali ke level pra pandemi. 

Selanjutnya: Cadev naik, ekonom ini prediksi neraca pembayaran Indonesia tahun 2020 akan surplus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×