Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
"Hal itulah yang menjalar ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Sehingga risiko premium kita meningkat, akibatnya yield kita malah naik saat yield AS memiliki tren menurun, kata Fikri.
Meski demikian, Fikri melihat nilai tukar rupiah masih bisa menguat di tengah tren harga minyak global yang melemah. Sebab, kondisi neraca dagang Indonesia mulai membaik sejalan dengan penurunan nilai impor.
Baca Juga: China tak lagi menjadi investor terbesar surat utang AS, siapa yang menggantikan?
Ia memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.900–Rp 14.700 per dollar AS hingga akhir tahun, dengan rerata tengah di level Rp 14.280 per dollar AS.
"BI akan terus berada di pasar untuk menjaga nilai tukar sejalan fundamentalnya," tambah Fikri.
Meski demikian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir melihat AS masih jauh dari resesi.
Risiko global utama saat ini lanjut dia, masih berasal dari perang dagang antara AS dan China yang bisa semakin melemahkan kinerja ekspor Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News