Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata memperkirakan deflasi bulanan akan kembali terjadi di Februari 2025 didorong oleh penurunan harga pangan.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa Inflasi Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan mengalami deflasi bulanan sebesar 0,08% month-on-month (mom), melanjutkan tren deflasi 0,76% mom yang terjadi pada Januari 2025.
Menurutnya, deflasi ini terutama didorong oleh penurunan harga pangan akibat peningkatan pasokan makanan.
"Kami mengantisipasi deflasi bulanan yang signifikan pada kelompok harga bergejolak," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).
Baca Juga: Deflasi Januari 2025 Capai 0,76%, Terburuk Sejak Agustus 1999
Di sisi lain, inflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah diproyeksikan akan mencatat inflasi bulanan dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar non subsidi.
Laju inflasi inti bulanan juga diperkirakan menurun dari 0,30% mom menjadi 0,23% mom pada Februari 2025. Namun, Josua menekankan bahwa inflasi inti masih dipengaruhi oleh kenaikan harga emas global dan depresiasi nilai tukar Rupiah.
Secara kumulatif, IHK dari Januari hingga Februari 2025 diperkirakan mencerminkan deflasi sekitar 0,84% year-to-date (ytd).
Lebih lanjut, Josua memproyeksikan bahwa inflasi tahunan akan menurun lebih lanjut menjadi 0,31% year-on-year (yoy) pada Februari 2025, turun dari 0,76% yoy pada Januari 2025.
Angka ini menjadi level terendah sejak Maret 2000 atau dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, seiring dengan tren deflasi bulanan yang berlanjut.
Sementara itu, inflasi inti tahunan diprediksi tetap kuat dengan kenaikan dari 2,36% yoy menjadi 2,46% yoy pada Februari 2025.
Kenaikan ini terutama didorong oleh meningkatnya harga emas. Namun, di luar faktor harga emas, inflasi inti menunjukkan kondisi permintaan yang relatif stabil.
Ia masih memperkirakan bahwa inflasi IHK akan berada di kisaran 2% pada akhir 2025. Hal ini terkait dengan berakhirnya diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah selama dua bulan pertama tahun ini.
Baca Juga: Indef: Indikasi Deflasi Januari 2025 Mencerminkan Lemahnya Daya Beli
Jika diskon tersebut tidak diperpanjang, inflasi diperkirakan akan tetap berada dalam target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5% - 3,5%.
"Selain itu, inflasi pada tahun 2025 kemungkinan akan dipengaruhi oleh efek basis yang rendah dari tahun sebelumnya," tambah Josua.
Selain faktor kebijakan, tekanan inflasi juga diprediksi berasal dari pemulihan permintaan konsumen yang sedang berlangsung, yang berpotensi berkontribusi pada inflasi sisi permintaan yang moderat.
Di samping itu, depresiasi Rupiah juga dapat mendorong terjadinya imported inflation, yang menambah tekanan harga secara keseluruhan.
Josua memproyeksikan inflasi akan meningkat menjadi sekitar 2,33% pada akhir 2025, naik dari 1,57% pada akhir 2024.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah risiko depresiasi rupiah yang berpotensi meningkatkan imported inflation, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI-rate pada level 5,75% hingga akhir tahun.
Selanjutnya: Berkah SPBU Swasta di Tengah Isu Pertamax Oplosan
Menarik Dibaca: Ramadan Tiba, Susu Dairy Champ Berbagi Resep Menu Berbuka Puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News