kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Indonesia diprediksi turunkan suku bunga lagi di bulan Maret ini


Selasa, 17 Maret 2020 / 18:25 WIB
Bank Indonesia diprediksi turunkan suku bunga lagi di bulan Maret ini
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di gedung kantor pusat Bank Indonesia (BI) Jakarta, (18/7).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan kembali menentukan arah kebijakan moneternya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Maret 2020 yang berlangsung mulai besok, Rabu (18/3) hingga Kamis (19/3).

Kebijakan BI kembali ditunggu-tunggu di tengah semakin meningkatnya kekhawatiran pelaku ekonomi dan investor terhadap kondisi perekonomian global dan domestik.

Direktur Riset Center of Reform on Economy atau Core Piter Abdullah memandang, penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate sebesar 150 basis poin (bps) sejauh ini tampaknya tidak akan banyak membantu masuknya aliran modal ke Indonesia.

Baca Juga: Tangkal efek corona, Ekonom Bank Permata prediksi BI akan pangkas suku bunga 25 bps

“Tapi kebijakan itu membuka peluang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga, membuka peluang pelonggaran likuiditas perbankan,” tutur Piter kepada Kontan.co.id, Selasa (17/3).

Piter memperkirakan, BI akan memangkas lagi suku bunga acuan sebesar 25 bps hingga 50 bps pada RDG Maret ini.  Selain itu, ia menilai, bank sentral juga perlu meningkatkan injeksi likuidutas ke perekonomian, yaitu melalui operasi moneter yang lebih bersifat ekspansif.

Senada, ekonom Indopremier Sekuritas Luthfi Ridho memprediksi, BI akan menurunkan lagi suku bunga acuannya. Namun, BI hanya akan memangkas bunga sebesar 25 bps.

“BI ada dalam posisi sulit yaitu situasi di mana rupiah melemah dan inflasi meningkat sehingga secara teori BI seharusnya melakukan kebijakan stabilisasi,”  tutur Luthfi, Selasa (17/3).

Baca Juga: Risiko masih tinggi, CDS Indonesia berpotensi melanjutkan kenaikan

Namun di saat yang sama, terjadi perlambatan ekonomi yang signifikan dan kebijakan The Fed yang sangat longgar pula sehingga BI harus mengambil  stance kebijakan moneter yang akomodatif.

“Oleh karena itu saya perkirakan BI akan memotong 25 bps, namun tetap hari-hati untuk ke depannya karena depresiasi rupiah cukup dalam,”  ujarnya.

Baca Juga: Wall Sreet terapkan trading halt, lebih ampuh mana dibanding BEI?

Sementara Piter memandang, saat ini semestinya hampir tidak ada dilema sama sekali bagi BI. Dengan kondisi The Fed telah menurunkan suku bunga sebegitu besar, BI memiliki peluang menurunkan suku bunga tanpa perlu khawatir terjadi perpindahan modal (capital flight).

Kondisi peningkatan inflasi saat ini pun didorong oleh keterbatasan suplai barang dan pelemahan rupiah. Namun, menurut Piter, hal ini tidak dapat terhindarkan. Oleh karena itu, kini dibutuhkan pula kebijakan dari sisi fiskal mampu memastikan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat tetap terjaga.

“Yang harus dilakukan bukan menahan inflasi dengan menaikkan suku bunga, tapi membantu masyarakat dengan, misalnya, memberikan bantuan sosial kepada masyarakat kelompok bawah,” tandas Piter.

Baca Juga: Anjlok dalam, begini skenario terburuk IHSG hingga akhir semester I-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×