Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Untuk mengurangi CAD, Indonesia membutuhkan kombinasi tingkat tabungan yang lebih tinggi dan investasi yang lebih rendah.
Tingkat tabungan yang lebih tinggi artinya masyarakat lebih sedikit melakukan konsumsi. Sementara, investasi yang lebih rendah berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi baik untuk saat ini maupun di masa depan.
Baca Juga: Perang dagang memukul AS, Trump: China akan lebih menderita
Pada dasarnya, Bank Dunia mengatakan, mengimpor modal untuk membiayai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi bukanlah masalah.
“Yang menjadi masalah adalah Indonesia membiayai CAD dengan arus modal yang volatile dari investor portofolio,” terang Bank Dunia.
Seharusnya, pengurangan CAD dipacu oleh arus masuk modal yang lebih stabil seperti FDI yang berorientasi ekspor. Selain tidak mudah keluar dan masuk layaknya investasi portofolio, FDI juga menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga: Jokowi sedih, 33 perusahaan hengkang dari China tapi tak ada yang masuk Indonesia
Sayang, sampai saat ini arus masuk FDI ke Indonesia kecil.
Dalam lima tahun terakhir, Bank Dunia mencatat, rata-rata arus masuk FDI ke Indonesia hanya 1,9% terhadap PDB. Level ini jauh di bawah Kamboja yang 11,8% dari PDB, Vietnam 5,9%, Malaysia 3,5%, dan Thailand 2,6% terhadap PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News