kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bank BUMN dapat suntikan Rp 15 triliun pada 2008


Selasa, 25 Maret 2014 / 15:17 WIB
Bank BUMN dapat suntikan Rp 15 triliun pada 2008
ILUSTRASI. Tanda Anda Mengidap Kolesterol Tinggi


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah ternyata juga menyuntik duit ke bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekitar Rp 15 triliun untuk meredam kekeringan likuiditas perbankan. Hanya saja bentuknya bukan suntikan kepada modal melainkan penempatan dana.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono dalam diskusi dan peluncuran buku "Bola Liar Kasus Bank Century", yang ditulis Prayogo Mirhad dan Nurcholis MA Basyari, Selasa (25/3) di Jakarta.

Pernyataan Sigit ini sekaligus membantah dakwaan Jaksa KPK dalam kasus dugaan korupsi

penyelamatan Bank Century dengan tersangka Budi Mulya. Jaksa menyebut bahwa 2008 tidak terjadi krisis ekonomi.

Sigit memaparkan, pada tahun tersebut perbankan mengalami lokuiditas perbankan. "Saya sampaikan saat itu Bank BUMN juga krisis likuiditas. Pemerintah melakukan penempatan dana di BUMN sekitar Rp 15 triliun," katanya.

Sigit juga menyesalkan dalam pemeriksaan kasus penyelamatan Bank Century tidak mendengarkan pendapat bankir. Padahal, bankir sangat merasakan situasi saat itu ada guncangan di industri perbankan.

“Bukti forensiknya saat itu terjadi krisis adalah sampai saat ini batas penjaminan simpanan yang dinaikkan dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar belum dicabut," kata Sigit.

Pendapat senada disampaikan ekonom Universitas Gadjah Mada Denni Purbasari. Menurut hasil penelitian yang dia lakukan saat itu, indikator menunjukkan terjadi krisis seperti indikator likuiditas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan risiko gagal bayar atawa Credit Default Swap (CDS) naik tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×