Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi optimisme para pelaku usaha pada kuartal I-2020 lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Hal tersebut tecermin dari nilai Indeks Tendensi Bisnis (ITB) kuartal I-2020 yang diperkirakan sebesar 102,9, atau lebih rendah dari nilai ITB kuartal IV-2019 yang sebesar 104,82.
Dengan proyeksi angka indeks tersebut, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kondisi bisnis artinya masih tetap tumbuh. “Tapi optimismenya makin rendah,” ujarnya, Rabu (5/2).
Baca Juga: Optimisme konsumen menurun pada Januari 2020
Meninjau komponen pembentuk ITB, baik order dalam negeri, harga jual produk, maupun order barang input diproyeksi masih akan meningkat dengan indeks masing-masing sebesar 106,82; 104,46; dan 101,16.
Namun, order dari luar negeri relatif menurun dengan nilai indeks sebesar 99,16. Order luar negeri di kategori industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, ketiganya berada di bawah nilai 100.
Dari sisi lapangan usaha, peningkatan tendensi bisnis diperkirakan terjadi pada seluruh kategori kecuali pada kategori usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial. Nilai ITB pada kategori tersebut diperkirakan hanya 98,21.
Sebaliknya, kategori lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial diproyeksi memiliki tendensi bisnis paling tinggi dengan nilai 114,94 pada kuartal-I 2020.
Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan BPP HIPMI Ajib Hamdani sebelumnya mengatakan, permintaan terhadap barang-barang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Aktivitas impor akan lebih meningkat ketimbang ekspor,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Di bidang industri pengolahan atau manufaktur, Ketua Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan mengonfirmasi, lemahnya permintaan membuat aktivitas produksi industri manufaktur makin menurun.
Gempuran sentimen global seperti perang dagang, perlambatan ekonomi global, dan Brexit terus bergulir sejak tahun lalu.
Baca Juga: Inflasi Merangkak Ganggu Konsumsi Dalam Negeri
Faktor lainnya, lanjut Johnny, ialah permasalahan daya saing manufaktur Indonesia.
“Bisnis riil manufaktur banyak yang menurun menjadi lemah, salah satunya karena barang-barang hasil porduksi tidak bisa diekspor dan tidak bisa bersaing. Selama situasi ini belum diperbaiki, maka akan sulit menciptakan ekspansi,” ungkap Johnny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News