Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pemerintah, dan Bank Indonesia (BI) menyepakati sejumlah asumsi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015. Dalam kesepakatan itu, pertumbuhan ekonomi tahun depan ditargetkan lebih tinggi dari asumsi semula dari 5,6% menjadi 5,8%.
Sedangkan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar Rp 11.600 per dolar AS. Asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS lebih rendah dari asumsi awal yang sebesar Rp 11.900 per US$. Untuk asumsi inflasi tidak berubah sebesar 4,4% dan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan turun dari 6,2% menjadi 6%. Nantinya asumsi ini akan dibahas lagi di Badan Anggaran DPR.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan asumsi yang disepakati masih berada dalam rentang perkiraan pemerintah. "Kami tidak masalah, karena masih berada dalam range awal," katanya. Dalam pembahasan sebelumnya, kisaran asumsi makro yang disepakati pemerintah ada di rentang 5,5%-6% untuk pertumbuhan ekonomi. Kemudian inflasi ada dikisaran 3,5%-5%, nilai tukar rupiah Rp 11.500-12.100 per US$. Sementara suku bunga SBN ditetapkan 6%-6,5%.
Menurut Chatib, pelaksana APBN 2015 nantinya adalah pemerintahan baru. Dengan asumsi yang lebih optimis, diharapkan pemerintahan baru dengan berbagai kebijakan dinilai bisa mendongkrak ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi. "Semoga saja," katanya. Walaupun begitu dia mengingatkan sangat rentannya asumsi nilai tukar rupiah dan seharusnya angka Rp 11.900 per US$ menjadi angka yang realistis.
Tim ekonomi presiden terpilih Jokowi yang juga anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Arif Budimanta mengatakan, RAPBN 2015 diarahkan untuk mencapai visi misi presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Dengan begitu asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% dianggap menjadi yang paling sesuai untuk tahun depan.
Asumsi yang lebih tinggi diharapkan akan terealisasi dengan adanya percepatan pembangunan ekonomi yang berkeadilan."Revolusi mental akan memberikan harapan baru dan memicu investasi lebih mengalir. Investasi dari portofolio juga akan beralih ke investasi langsung," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News