Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Amerika Serikat (AS) menempati posisi teratas sebagai negara mitra dagang penyumbang surplus terbesar bagi neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025, yang mencatat surplus US$ 4,30 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan RI dengan AS mencapai US$ 7,08 miliar, mengungguli negara mitra lain seperti India dan Filipina.
“Tiga negara penyumbang surplus terbesar neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari hingga Mei 2025 adalah Amerika Serikat sebesar US$ 7,08 miliar, kemudian India US$ 5,30 miliar, dan Filipina US$ 3,69 miliar,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Senin (1/7).
Pudji merinci, khusus pada komoditas nonmigas, AS juga menyumbang surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia hingga Mei 2025, yakni mencapai US$ 8,28 miliar.
Baca Juga: BPS Catat Neraca Dagang Mei 2025 Surplus US$ 4,3 Miliar, Didorong Komoditas Nonmigas
Pudji menjelaskan, surplus perdagangan dengan AS didorong oleh ekspor sejumlah komoditas unggulan dari sektor manufaktur dan industri ringan. Di antaranya adalah Mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), Alas kaki (HS64), Pakaian dan aksesoris rajutan (HS61)
Pada Januari hingga Mei 2025 ekspor non-migas ke Amerika Serikat, ASEAN dan Uni Eropa mengalami peningkatan sementara ke India mengalami penurunan.
Nilai ekspor non-migas ke Amerika Serikat tercatat sebesar US$ 12,11 miliar yang utamanya terdiri atas mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesoris lainnya atau rajutan.
"Mesin dan perlengkapan elektrik juga mencatatkan penambahan nilai ekspor non-migas tertinggi ke Amerika Serikat secara C2C (customer to Custemer), yaitu naik sebesar US$ 541,45 miliar," ungkap Pudji.
Berbanding dengan Tiongkok, Surplus Kontras dengan Defisit
Menariknya, capaian surplus Indonesia terhadap Amerika Serikat sangat kontras dengan defisit perdagangan terhadap China, yang mencapai US$ 8,15 miliar pada periode yang sama.
Hal ini disebabkan oleh lebih besarnya impor ketimbang ekspor ke negara tersebut. BPS mencatat Impor non-migas dari China mencapai US4 33,12 miliar yang utamanya terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
Baca Juga: Dampak Lonjakan Harga Minyak Ke Neraca Perdagangan RI Dinilai Minim
"Mesin dan peralatan mekanis merupakan komoditas dengan penambahan nilai impor tertinggi dari China secara restitusi yaitu naik US$ 883,64 juta," ungkapnya.
Sementara itu, dari sisi kelompok migas, China menyumbang defisit terdalam, yakni sebesar US$ 8,87 miliar pada Mei 2025.
Di sisi lain, ekspor non-migas ke China pada Januari-Mei 2025 tercatat sebesar US$ 24,25 miliar, naik 8,38% yoy. Ekspor non-migas ini utamanya terdiri atas besi dan baja, bahan bakar mineral, serta nikel dan barang daripadanya.
"Besi dan baja juga merupakan komoditas yang mencatat penambahan nilai ekspor non-migas tertinggi ke China secara C2C yaitu naik US$ 1,01 miliar," ungkap Pudji.
Selanjutnya: PMI Manufaktur Terus Kontraksi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diramal Makin Melemah
Menarik Dibaca: Jangan Bilas Dengan Air, Ini Cara Perempuan Tetap Aktif dan Nyaman Saat Red Days
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News