Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga, meskipun ada ancaman musim kering panjang akibat El Nino. Untuk itu dalam sidang kabinet terbatas hari Jumat (31//7) ini, Jokowi memerintahkan sejumlah menterinya siaga.
Persiapan itu diantaranya adalah memastikan ketersediaan air untuk kepentingan pertanian. Tujuannya agar pasokan pangan tetap terjaga. Persiapan lainnya yang ditekankan Jokowi adalah menjaga ketersediaan beras cukup.
Nah, untuk itu pemerintah akan menganggarkan dana tambahan untuk merealisasikan sejumlah langkah. Total dana yang disiapkan pemerintah mencapai Rp 5,5 triliun. Dana itu terdiri dari Rp 3,5 triliun untuk memastikan pasokan beras, dan Rp 2 triliun untuk pembuatan embung.
Usai rapat, Menteri koordinator bidang maritim Indroyono Soesilo menjelaskan embung-embung itu akan dibuat di beberapa daerah. Tujuannya suapaya ketersediaan air tetap terjaga meskipun sedang mengalami kekeringan.
Pemerintah juga tengah memantau kondisi waduk-waduk yang ada. Dari 16 waduk utama, dilaporkan lima diantaranya mengalami defisit air. "Bila El Nino kuat, akan ada sekitar 8,1 juta hektar yang terdampak," ujar Indroyono, Jumat (31/7) di Istana Negara, Jakarta.
Selain itu, pemerintah juga akan memberikan pompa penyedot air gratis bagi petani. Ada 20.000 pompa air yang akan disediakan pemerintah.
Menteri Koordinator Sofyan Djalil menambahkan, saat ini cadangan beras nasional dinilai masih cukup. dari Rp 3,5 triliun yang dianggarkan Rp 2 triliun diantaranya sebagai dana untuk cadangan pemerintah sisanya untuk membayar utang bulog.
Berdasarkan hitungan pemerintah persiapan untuk menghadapi El Nino diperlukan ketersediaan beras hingga 1,5 juta ton. Namun jika kondisi memburuk pemerintah siap untuk mencari kekurangannya.
Mengenai antsiipasi dampak El Nino terhadap komoditas lain, Sofyan mengaku diperkirakan tidak akan terlalu signifikan. Misalnya untuk gula saat ini masih aman, begitupun dengan jagung yang sedang memasuki masa panen. Lalu untuk kedelai Indonesia memang selama ini impor. "Yang paling penting adalah beras," tutup Sofyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News