Sumber: TribunNews.com | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Fenomena El Nino tahun ini berpotensi memberi dampak negatif cukup besar. Bahkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi efek El Nino tahun ini akan menjadi yang terparah dalam 30 tahun terakhir.
Dalam 30 tahun terakhir, El Nino berefek negatif terparah terjadi pada tahun 1997/1998. Asian Development Bank (ADB) mencatat bencana itu menyebabkan kebakaran hutan di Indonesia seluas 9,8 juta hektar.
Penguatan El Nino 2015 ini, ditunjukkan oleh kenaikan indeks ENSO (El-Nino Southern Oscillation) dari 1,6 pada Juni dan akan terus meningkat hingga 2,2 pada Desember 2015.
Analisa BMKG melihat dari curah hujan, hingga Desember nanti kekeringan akan melanda provinsi Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTT, dan NTB. Kekeringan akibat El Nino ini, merupakan yang terparah sejak 30 tahun lalu.
"Wilayah itu mengalami sifat curah hujan di bawah normal dalam 30 tahun terakhir. Suhu permukaan laut di Indonesia memberikan pasokan yang tidak cukup, hal itu dikarenakan menguatnya El Nino," ujar Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, Jakarta, Kamis (30/7/2015).
Di Indonesia, dampak dari fenomena El Nino pada 1997 terjadi bencana kekeringan yang luas. Pada tahun itu, kasus kebakaran hutan di Indonesia menjadi perhatian internasional karena asapnya menyebar ke negara-negara tetangga.
Kebakaran hutan terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Namun, kebakaran itu semakin luas karena keringnya udara dan sedikitnya curah hujan, sehingga api mudah berkobar dan merambat.
Dampak El Nino 2015 berpotensi melebihi dampak El Nino pada 1997. "Dari pengamatan kita tampaknya begitu, sebaiknya ini sesegera mungkin disampaikan ke masyarakat," kata Andi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News