Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhirnya pembahasan mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 oleh pemerintah dan DPR selesai. Kamis (13/9) kemarin, pemerintah dan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati asumsi makro dalam RAPBN 2019.
Dalam pembahasan di Komisi XI DPR, tidak ada satupun asumsi makro yang berubah alias sama dengan usulan di Nota Keuangan 2019. Hasil pembahasan Komisi XI DPR ini selanjutnya akan dibawa ke Badan Anggaran (Banggar) DPR untuk dibahas sebelum disahkan menjadi undang-undang dalam sidang paripurna.
Bagaimana pemerintah dan DPR memandang ekonomi tahun 2019 depan: lebih optimis atau pesimiskah dibanding tahun 2018 yang kini tengah kita jalani?
Angka-angka berikut ini cukup memberikan gambaran bagi kita.
Asumsi dasar makro | 2019 | 2018 |
---|---|---|
Pertumbuhan ekonomi | 5,3% | 5,4% |
Inflasi | 3,5% | 3,5% |
Nilai tukar rupiah per dollar AS | 14.400 | 13.400 |
Tingkat bunga SPN | 5,3% | 5,2% |
Indonesia Crude Price (US$ per barel) | 70 | 48 |
Lifting minyak (barel/hari) | 750.000 | 800.000 |
Lifting gas bumi (setara barel/hari) | 1.250.000 | 1.200.000 |
Tampak bahwa pemerintah lebih pesimistis memandang ekonomi tahun depan ketimbang tahun ini. Pertumbuhan ekonomi diasumsikan cuma mencapai 5,3% ketimbang asumsi tahun ini yang mencapai 5,4%.
Demikian pula dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Meski tampak optimis daripada kurs yang berlaku beberapa hari terakhir, asumsi kurs tahun depan di RAPBN jauh lebih pesimistis ketimbang asumsi APBN 2018.
Pesimisme juga tampak terhadap pencapaian lifting minyak bumi. Kalau tahun lalu pemerintah berasumsi tahun ini lifting minyak bumi mencapai 800.000 barel per hari, untuk tahun depan pemerintah hanya berani mengasumsikan lisfting sebesar 750.000 barep per hari.
Sebenarnya sungguh disayangkan terjadi penurunan lifting karena pada saat yang sama pemerintah dan DPR berasumsi harga minyak mentah Indonesia meningkat dari US$ 48 per barel tahun ini ke US$ 70 per barel tahun depan.
Untunglah asumsi terhadap lifting gas bumi meningkat persis sebesar asumsi penurunan lifting minyak bumi tadi.
Omong-omong soal asumsi, tentu wajar jika realiasi tidak selalu sejalan dengan proyeksi.
Nah, seberapa besar kemungkinan asumsi asar makro 2019 yang baru disepakati pemerintah dan DPR benar-benar akan menjadi kenyataan yang terealisasi nanti? Akankah realisasinya lebih baik dari asumsi atau sebaliknya? Tentu tidak ada cara lain untuk membuktikannya selain menanti angka-angka realisasinya kelak.
Namun demikian, sekadar untuk mendapatkan gambaran, boleh dong kalau kita membandingkan antara asumsi APBN 2018 dengan realisasi yg sudah tercapai selama semester I dan proyeksinya sampai akhir 2018 nanti.
Asumsi dasar makro | 2018 | Outlook realisasi asumsi dasar 2018 |
---|---|---|
Pertumbuhan ekonomi | 5,4% | 5,2% |
Inflasi | 3,5% | 3,5% |
Nilai tukar rupiah per dollar AS | 13.400 | 13.973 |
Tingkat bunga SPN | 5,2% | 5% |
Indonesia Crude Price (US$ per barel) | 48 | 70 |
Lifting minyak (barel/hari) | 800.000 | 775.000 |
Lifting gas bumi (setara barel/hari) | 1.200.000 | 1.116.000 |
Nah, setelah melihat perbandingan antara APBN 208 dan proyeksi realisasinya, apakah sekarang Anda juga mendapatkan gambaran bagaimana kira-kira realisasi ekonomi 2019 mendatang?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News