kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Anggota DPR tuding pemerintah lalai selesaikan RUU BPJS


Kamis, 07 April 2011 / 12:21 WIB
Anggota DPR tuding pemerintah lalai selesaikan RUU BPJS
ILUSTRASI. Pabrik Semen PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), dahulu bernama semen cibinong lalu semen holcim.


Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Edy Can

JAKARTA. Rapat paripurna DPR diwarnai interupsi. Anggota DPR meminta penyelesaian Rancangan Undang-Undang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS).

Anggota DPR Suryachandra Surapati meminta pimpinan DPR menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar menegur delapan menteri yang menangani RUU BPJS. Dia menilai delapan menteri tersebut telah mengabaikan penyelesaian RUU BPJS.

Delapan menteri yang terlibat dalam pembahasan RUU BPJS yakni Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara EE Mangindaan.

Menanggapi interupsi itu, pimpinan rapat paripurna Priyo Budi Santoso menyatakan, nanti malam akan akan rapat dengan delapan menteri untuk mencari solusi penyelesaian RUU BPJS. "Nanti malam, insyaallah jam 7. Saya sudah teken surat kepada delapan menteri untuk membahas khusus dan kami juga mengundang pimpinan pansus dan poksi-poksi dari pansus dan anggota lain yang berkepentingan untuk mencari solusi yang terbaik," tegas Priyo, Kamis (7/4).

Tanggapan Priyo ternyata tidak meredam amarah anggota Panitia Khusus RUU BPJS. Anggota lainnya, Rieke Dyah Pitaloka kembali mengajukan interupsi. Anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menyatakan, anggaran pembangunan gedung baru DPR sebaiknya dialihkan untuk bantuan biaya persalinan. Rieke mengatakan anggaran bantuan persalinan setahun mencapai Rp 1,2 triliun bisa membantu persalinan 1 juta jiwa.

Pernyataan Rieke didukung oleh anggota fraksi Partai Amanat Nasional, Teguh Juwarno. Dia mengatakan, pembangunan gedung DPR sebaiknya ditunda. "Bahwa persoalan BPJS harus ditegaskan. Kita harus mengambil inisiatif dan kita tidak perlu ragu-ragu menunda pembahasan gedung parlemen," katanya.

Hingga saat ini pembahasan RUU BPJS mandek. Salah satu penyebabnya karena pemerintah ingin UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) direvisi terlebih dulu. Namun, DPR menolak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×