kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Pernyataan Menkeu dan BI memperburuk pasar


Rabu, 28 Agustus 2013 / 16:18 WIB
Analis: Pernyataan Menkeu dan BI memperburuk pasar
ILUSTRASI. Kripto. REUTERS/Florence Lo/Illustration


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo dan Menteri Keuangan M. Chatib Basri terkait perekonomian Indonesia justru membuat pasar bergejolak.

Head of Research Division Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menyatakan ada sejumlah pernyataan dari Gubernur BI dan Menkeu yang membuat pemodal menjadi tidak confidence terhadap perekonomian Indonesia.

"Salah satunya ketika Gubernur BI menyatakan inflasi bisa naik menjadi 8,8% karena kenaikan harga BBM. Kemudian pernah juga Menkeu mengatakan inflasi bisa lebih tinggi lagi. Ini kan membuat panik," jelasnya, Rabu (28/8/2013).

Menurutnya, yang diperlukan saat ini adalah bagaimana meyakinkan investor terhadap perekonomian Indonesia.

Dia menjelaskan, dalam kondisi turbulensi seperti saat ini, faktor psikologis sangat dominan dalam mempengaruhi keputusan investor. Seluruh informasi negatif akan direspon dengan melepaskan saham-saham di bursa.

"Padahal, ekonomi Indonesia masih cukup baik. Sepanjang inflasi tidak menyentuh dua digit, saya kira wajar dan tidak terlalu dibesar-besarkan," jelasnya.

Dia mengatakan, jatuhnya bursa dan melemahnya rupiah lantaran investor tidak percaya dengan perekonomian nasional. Padahal, secara fundamental, ekonomi Indonesia masih cukup baik.

Sementara itu, Menkeu Chatib Basri juga sempat menyatakan bahwa pelemahan rupiah masih akan berlanjut hingga awal tahun 2014.

Dalam paparannya, Chatib menyebutkan empat faktor eksternal yang akan memberikan tekanan pada rupiah. Pertama adalah kebijakan pengetatan stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat yang diperkirakan dikeluarkan pada akhir tahun 2013.

Kedua, muncul kekhawatiran investor terhadap perkembangan ekonomi di negara-negara emerging market, terutama China, India, dan Brasil. Ini berdampak pada aktivitas transaksi perekonomian di pasar internasional.

Ketiga, gejolak harga minyak dunia akibat gejolak geopolitik beberapa negara produsen di kawasan Timur Tengah. Keempat, mengecilnya selisih suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga dunia sehingga membuat investor mulai tertarik untuk mengalihkan modal ke Indonesia.

Akan tetapi, belakangan dia membantah telah mengeluarkan penjelasan itu. (Bambang P Jatmiko)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×