kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.769   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

AMRO: BI belum punya alasan kuat turunkan suku bunga acuan


Selasa, 18 Juni 2019 / 17:19 WIB
AMRO: BI belum punya alasan kuat turunkan suku bunga acuan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) mulai besok, Rabu (19/6). Dalam rapat tersebut, BI akan kembali menetapkan kebijakan suku bunga acuan untuk periode Juni 2019.

Di tengah sentimen global yang tak begitu positif, lembaga penelitian ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) berpendapat, BI belum perlu memangkas suku bunga acuannya saat ini. 

Kepala Ekonom AMRO Khor Hoe Ee menjelaskan sejumlah alasan dibalik pendapat tersebut. Pertama, AMRO memang memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed akan menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini. Berbalik daripada sinyal sebelumnya di mana The Fed masih mungkin menaikkan suku bunga setidaknya satu kali di hingga akhir tahun.

Namun, AMRO memprediksi kenaikan suku bunga acuan The Fed tidak akan terjadi pada pertemuan FOMC, Kamis (20/6) nanti. “Suku bunga The Fed kami perkirakan naik sebanyak dua kali pada semester kedua 2019,” ujar Khor dalam Media Briefing AMRO, Selasa (18/6).

Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dinilai AMRO masih kuat. Kuartal I-2019, ekonomi mampu tumbuh pada level 5,07% yang merupakan capaian cukup baik ketimbang negara-negara lainnya di kawasan.

Menurut Khor, selama arah pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas 5%, BI belum terdesak untuk menurunkan suku bunga acuan. Sebab, tingkat inflasi masih terjaga dalam rentang target pemerintah, sedangkan tingkat konsumsi masih terjaga stabil.

Ketiga, masih dari sisi domestik, AMRO mengingatkan kondisi neraca pembayaran Indonesia yang masih rentan. Sebab, defisit transaksi berjalan belum kunjung menyempit lantaran besarnya impor bahan baku dan barang modal yang tinggi.

“Defisit transaksi berjalan harus dikompensasi oleh surplus transaksi modal dari investasi portofolio maupun investasi asing langsung (FDI),” lanjut Khor.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, AMRO menilai BI belum memiliki alasan kuat untuk memangkas suku bunga acuannya. Kendati ruang penurunan suku bunga tersebut sejatinya ada.

Dalam menghadapi tantangan perang dagang dan perlambatan ekonomi global, Khor menyebut, Indonesia memiliki ketahanan yang cukup baik. Sebab, Indonesia tidak terdampak perang dagang secara langsung layaknya negara-negara yang terlibat dalam rantai pasok global, terutama di sektor manufaktur.

“Indonesia juga masih memiliki buffer fiskal dan cadangan devisa yang memadai untuk memitigasi risiko dan mengelola ketidakpastian,” ujar Khor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×