kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.480   -25,75   -0,34%
  • KOMPAS100 1.154   -2,95   -0,26%
  • LQ45 913   0,81   0,09%
  • ISSI 227   -1,59   -0,70%
  • IDX30 471   1,26   0,27%
  • IDXHIDIV20 567   3,73   0,66%
  • IDX80 132   -0,15   -0,11%
  • IDXV30 139   -0,18   -0,13%
  • IDXQ30 157   0,79   0,50%

Indef: Penurunan suku bunga diperlukan untuk mendorong sektor riil


Selasa, 18 Juni 2019 / 16:20 WIB
Indef: Penurunan suku bunga diperlukan untuk mendorong sektor riil


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia diharapkan menyesuaikan kebijakan suku bunganya dengan kondisi perekonomian saat ini yang melambat secara global. Penurunan suku bunga dianggap perlu untuk menjaga momentum pertumbuhan Indonesia di tengah tekanan sentimen global akibat memanasnya perang dagang.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, penurunan suku bunga acuan akan menjadi sinyal penting bagi pasar.

“Bahwa BI mendukung pertumbuhan melalui pelonggaran kebijakan suku bunga untuk mendorong sektor riil,” ujar Eko, Senin (17/6).

Sebab, memanasnya perang dagang menjadi alarm bagi prospek perekonomian berbagai negara. Lantas, sejumlah bank sentral telah memutuskan memangkas suku bunga untuk mencegah penurunan ekonomi yang lebih dalam.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga hanya mencapai 5,01% di kuartal I-2019. Kinerja ekspor dan investasi tertekan jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya akibat eskalasi perang dagang dan ketidakpastian perekonomian global.

Di tengah potensi perlambatan ekonomi saat ini, Eko mengatakan, penurunan suku bunga akan memberi efek positif yang cukup besar bagi sektor riil. Pasalnya, biaya pinjaman usaha di dalam negeri menjadi mahal dan menghambat potensi ekspansi maupun investasi.

Tambah lagi, Eko menilai, BI tak bisa terus-menerus main aman dengan menjaga arus masuk modal (capital inflow) portofolio dan menjaga stabilitas rupiah saja. Biar bagaimanapun, Indonesia lebih membutuhkan arus masuk investasi langsung di sektor riil untuk memastikan laju ekonomi yang berkelanjutan, ketimbang modal hot money yang mudah datang dan pergi.

Kebutuhan sektor riil terhadap pendanaan, menurut Eko, juga terefleksi oleh tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sektor swasta dan BUMN yang tumbuh pesat, mencapai US$ 199,6 miliar atau tumbuh 14,5% secara tahunan (yoy). Laju ULN swasta yang meningkat menunjukkan biaya pinjaman ke luar negeri lebih murah dan minim risiko nilai tukar ketimbang pinjaman di dalam negeri

Di sisi lain, tren suku bunga negara-negara lain telah mengarah pada penurunan. Oleh karenanya, Eko memandang terdapat ruang bagi BI untuk mulai menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini.

“Ruang penurunan (suku bunga) BI sebaiknya dibuka. Indonesia akan tetap lebih menarik karena bank sentral lain pun sudah lebih dulu menurunkan setelah sinyal The Fed,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×