Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Penjualan eceran pada Januari 2016 menguat. Indikasinya dari hasil survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan bahwa indeks penjualan riil (IPR) Januari 2016 mengalami pertumbuhan 12,5% year on year, lebih tinggi dari pertumbuhan pada Desember lalu yang sebesar 11,4%.
Hasil survei BI menunjukkan, peningkatan penjualan eceran pada Januari 2016 terjadi pada beberapa kelompok barang terutama kelompok nonmakanan yang tumbuh menguat menjadi 12,2%. Pada bulan sebelumnya, peningatan penjualan eceran nonmakanan hanya mengalami pertumbuhan 8,7%.
Peningkatan pertumbuhan penjualan nonmakanan, terutama terjadi pada kelompok peralatan informasi dan telekomunikasi. Pertumbuhan penjualan kelompok ini naik cukup signifikan 19,8% menjadi 36,3%.
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh penjualan produk elektronik (audio/video). Munculnya beberapa varian produk baru pada awal diindikasikan menjadi salah satu faktor pendorong penjualan eceran pada Januari 2016.
Namun, pertumbuhan penjualan makanan pada Januari 2015 melambat menjadi 12,7% dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 13,3%.
Sementara itu, jika dibandingkan bulan sebelumnya, IPR Januari 2016 mengalami kontraksi sebesar 1,6%. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh kelompok komoditas, dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya sebesar 8,7% dari bulan sebelumnya.
"Penurunan penjualan pada Januari 2016 diindikasikan terjadi karena menurunnya permintaan masyarakat," sebagaimana dikutip dari keterangan resmi BI, Jumat (11/3).
Berdasarkan wilayahnya, pertumbuhan penjualan riil tertinggi pada Januari 2016 teejadi di kota Bandung sebesar 34,1% year on year. Kemudian diikuti okeh kota Medan sebesar 3,6%, dan terendah di kora Banjarmasin -36,5%.
Untuk penjualan riil Februari 2016, diperkirakan tumbuh melambat menjadi 11,9% year on year. Perlambatan diperkirakan terjadi pada penjualan sejumlah produk dengan perlambatan terbesar pada penjualan sandang yang mengalami kontraksi 14%.
Selain itu, penjualan komoditas BBM dipeekirakan masih terjadi kontraksi hingga 19%, meskipun relatif membaik dibanding bulan sebelumnya yang terkontraksi 19,6%.
Secara bulanan, IPR pada Februari 2016 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,9 dibanding bulan sebelumnya, membaik dibanding kontraksi pada Januari 2016 yang sebesar 1,6%. Sedangkan secara wilayah, pada Februari 2016 pertumbuhan IPR tertinggi diperkirakan masih terjadi di Bandung 29,3% YoY, yang diikuti Medan 3,7%, dan terendah di Banjarmasin -36,2%.
Survei juga mengindikasikan bahwa tekanan kenaikan harga pada April 2016 diperkirakan menurun. Indikasi ini terlihat dari indeks ekspektasi harga (IEH) 3 bulan mendatang yang tercatat sebesar 123,7, lebih rendah dari 131,2 pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, optimisme responden terhadap penjualan eceran pada tiga dan enam bulan mendatang (April dan Juli 2016) meningkat seirimg dengan meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan pelaksanaan puasa ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Indikasi tersebut terlihat dari indeks ekspektasi penjualan tiga dan enam bulan yang akan datang masing-masing 3,2 dan 6,9 poin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News