Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mencermati dampak dari keputusan Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) yang memangkas seluruh suku bunganya. Gubernur BI Agus Martowardojo menilai, reaksi pasar atas keputusan tersebut beragam.
Namun, secara umum dia melihat, tidak ada lagi ruang bagi Eropa melakukan pelonggaran kebijakan moneter. "Karena pasar juga merasa otoritas moneter di Eropa sudah keluarkan yang terakhir," kata Agus, Jumat (11/3) di Jakarta.
Sebelumnya, dalam rilis ECB malam tadi, 25 anggota dewan kebijakan ECB memangkas semua tingkat suku bunga. Pertama, tingkat suku bunga utama dipangkas 5 basis poin menjadi 0,00% mulai tanggal 16 Maret 2016.
Kedua, tingkat suku bunga untuk fasilitas pinjaman marjinal akan mengalami penurunan sebesar 5 basis poin menjadi 0,25% dan berlaku mulai 16 Maret 2016.
Ketiga, suku bunga fasilitas deposito akan diturunkan 10 basis poin menjadi minus 0,4% dan akan efektif 16 Maret 2016.
Keempat, pembelian bulanan yang berada di bawah program pembelian aset akan ditingkatkan menjadi € 80 miliar mulai April 2016. Selanjutnya, obligasi berdenominasi euro dengan penerbit korporasi non bank di wilayah euro akan dimasukkan dalam daftar aset yang memenuhi syarat dalam pembelian biasa.
Terakhir, serangkaian dari empat targeted longer-term refinancing operations (TLTRO II) alias target operasi refinancing jangka panjang dengan waktu jatuh tempo masing-masing empat tahun akan diluncurkan mulai Juni 2016. Kondisi dalam pinjaman ini dapat serendah tingkat suku bunga pada fasilitas deposito.
Nah, kebijakan-kebijakan moneter di Eropa sudah lengkap. Sekarang, yang harus ditunggu adalah kebijakan di sektor riil dan fiskal.
Oleh karenanya, Indonesia juga harus siap meresponnya dengan kebijakan yang sama, di sektor riil dan fiskal. BI mengaku siap bersinergi dengan pemerintah untuk menjalankan berbagai kebijakan reformasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News