kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ahli epidemi: Virus corona mungkin menyebar di Indonesia tapi tidak terdeteksi


Senin, 10 Februari 2020 / 07:53 WIB
Ahli epidemi: Virus corona mungkin menyebar di Indonesia tapi tidak terdeteksi
ILUSTRASI. Warga mengenakan masker sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona. REUTERS/Soe Zeya Tun


Sumber: ibtimes.com,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ada berita baik tentang Indonesia terkait penyebaran virus corona. Yakni, belum ada satu pun kasus yang terdeteksi di negara kita. Pemerintah Indonesia sudah menegaskan hal ini. 

Namun, bukan berarti Indonesia bisa bernapas lega. Pasalnya, ada berita buruk bahwa orang yang terinfeksi namun tidak terdeteksi kemungkinan secara tidak sadar menyebarkan virus yang sekarang telah membunuh lebih dari 800 jiwa dan menginfeksi lebih dari 31.000 orang.

Melansir ibtimes.com, ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, telah memposting hasil riset terbarunya di medRxiv. Ini merupakan sebuah situs medis online yang berfokus pada laporan awal yang belum ditinjau oleh rekan sejawat yang lain.

Baca Juga: Tak hanya China, para pelancong juga menghindari dua negara ini akibat virus corona

Penelitian Lipsitch didasarkan pada perkiraan jumlah penumpang yang terbang dari Wuhan, China, tempat virus korona berasal, ke kota-kota global lainnya. Jika sejumlah kasus terdeteksi di kota-kota lain, harapannya adalah bahwa jumlah kasus yang sama atau lebih besar akan terjadi di kota-kota yang terletak lebih dekat ke Wuhan.

"Indonesia, telah melaporkan nol kasus, padahal Anda memprediksi seharusnya sudah ada beberapa kasus," kata Lipsitch. Dia juga mengomentari 25 kasus di Thailand yang dilaporkan. Namun, "Anda akan mengharapkan lebih." 

Adapun Kamboja yang telah melaporkan satu kasus juga diragukan pernyataannya. "Sangat tidak mungkin. Tetapi tidak sepenuhnya melampaui apa yang Anda harapkan," ujar Lipsitch, seperti yang dikutip dari ibtimes.com.

Baca Juga: Kasus virus corona masih negatif di Indonesia, namun WHO peringatkan hal ini!

Hal yang dia takutkan adalah bahwa sistem kesehatan di negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan China dan Wuhan tidak mendeteksi kasus ketika ada orang yang terinfeksi masuk ke negaranya. Masalahnya semakin membesar karena virus ini sangat menular selama masa inkubasinya, diperkirakan sekitar 10 hari. Karena itu, orang yang diduga terinfeksi virus corona dikarantina selama 14 hari seperti kasus di atas kapal pesiar yang merapat di Jepang atau pangkalan militer di California.

Lipsitch menambahkan, "Kasus-kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara itu." Dan seperti halnya China yang tidak dapat menahan virus, Indonesia dan Thailand juga tidak akan dapat mencegah penyebarannya ke luar perbatasan mereka.

Baca Juga: Korban tewas virus corona menembus angka 800, di manakah Xi Jinping?

Masih mengutip dari ibtimes.com, setiap studi yang belum melalui proses tinjauan ilmiah normal oleh para ahli dari luar akan dipandang dengan skeptis. Akan tetapi, para peneliti yang dihubungi oleh Voice of America (VOA) menemukan bahwa hasil penelitian Lipsitch masuk akal. 

Teka-teki yang dihadapi para ahli kesehatan adalah: Mengapa wabah itu tampaknya terhenti di luar China sementara di dalam negara adidaya Komunis itu jumlah kematian dan infeksi terus meningkat setiap hari?

Christopher Mores, seorang ahli virologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Institut Milken di Universitas George Washington, menawarkan dua jawaban yang mungkin untuk pertanyaan tersebut. "Bisa jadi transmisi itu terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan. Atau, kami hanya belum menangkap dan menghitungnya, dan ada kegagalan mendeteksi," jelasnya seperti yang dilansir dari ibtimes.com.

Pemerintah yakin mampu deteksi 

Sebelumnya, Kepala Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Vivi Setiawati mengatakan, Indonesia sejauh ini sudah mampu melakukan pemeriksaan virus corona. 

Baca Juga: Takut corona, Royal Carribean tolak penumpang China, Hong Kong, Makau bepergian

"Indonesia sudah bisa melakukan pemeriksaan. Jadi testing kit itu sudah ada. Sejak kasus ini merebak, sudah ada pedoman dari WHO untuk deteksi coronavirus," ujar Vivi dikutip dari Kompas.com (1/2/2020). 

Di sisi lain, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan, Indonesia telah memiliki alat untuk mendeteksi virus corona. Hal tersebut disampaikan Moeldoko setelah rapat koordinasi tingkat menteri di Kantor Staf Presiden, Kamis (6/2/2020). 

"Indonesia sudah memiliki alat untuk mendeteksi atas virus korona. Tadi ada profesor yang telah menyampaikan informasi, kemampuan Indonesia untuk mendeteksi kalau terjadi sesuatu karena ini," ujar Moeldoko.  

Baca Juga: Bantu China memerangi virus corona, AS siapkan dana Rp 1,36 triliun

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekul Eijckman Amin Subandrio mengatakan, alat yang digunakan untuk mendeteksi virus tersebut ada dua jenis. Pertama, polymerase chain reaction (PCR) dan kedua adalah alat untuk mengonfirmasi. 

"Di Indonesia yang punya alat itu cukup banyak, bukan hanya laboratorium penelitian di perguruan tinggi tapi juga di lab swasta," kata Amin. 

Namun, kata dia, alat tersebut tidak digunakan rutin untuk memeriksa virus corona. Hanya saja, saat ini yang bisa memeriksa dan memastikan soal virus corona adalah dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (litbangkes) Kementerian Kesehatan. 

Baca Juga: Lampaui SARS, korban tewas virus corona di China bertambah jadi 722 orang

Lembaga Eijckman, kata dia, sudah memiliki alat tersebut di Pusat Genom Nasional yang bisa mendeteksi berbagai macam virus. Beberapa waktu lalu, lembaga tersebut juga mengisolasi virus H5N1 atau virus flu burung. "Terkait virus corona, kami sudah punya pengalaman mendeteksi virus corona meski jenis lain," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×