Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Harga sejumlah komoditas pangan pokok kompak naik menjelang bulan ramadan. Mulai dari beras hingga harga minyak kemasan.
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian mengungkapkan sejumlah langkah yang harus diambil oleh pemerintah untuk menjaga kestabilan harga komoditas pangan pokok.
"Untuk menjaga harga harga stabil, maka pemerintah harus memastikan kelancaran distribusi agar harga tidak berfluktuasi," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (19/2).
Baca Juga: Jelang Ramadan, Harga Komoditas Pangan Kompak Naik
Selain itu, penting juga adanya tim khusus untuk pengawasan dan penegakan hukum yang tegas jika ada aksi spekulasi.
Kata dia, semua itu harus dimulai dengan menyusun database supply demand di semua sentra produksi pangan, perikanan dan peternakan.
"Dengan adanya data tersebut, pemerintah dapat memantau stok dan mengatur distribusi agar merata untuk menekan disparitas harga antar daerah," ujarnya.
Di sisi lain, Eliza menegaskan bahwa setiap komoditas memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk ayam dan telur, secara pola tahunan memang harga akan cenderung naik di awal tahun, nnti akan melandai atau turun pada Maret-April.
Kemudian akan naik kembali pada bulan Juni-Juli dan melandai turun mulai bulan Agustus. ?dan naik lagi pada bulan November hingga Desember.
"Ini karena pola budidaya saja yang menyebabkan kenaikan harga pada bulan tertentu," turur Eliza.
Menurutnya, momentum awal tahun itu ditambah dengan pesta demokrasi dan menjelang puasa akhirnya semakin meningkatkan permintaan bahan pangan.
Kemudian, untuk beras ini ada anomali. Sebab, jika dilakukan perhitungan secara data stok beras awal tahun mencapai 6.7 juta ton. Bahkan kalau mengacu ke bapanas stok awal tahunnya tinggi sekitar 7.4 juta ton.
Baca Juga: Jelang Puasa, Badan Pangan Pastikan Stok Beras Bulog Masih Ada 1,4 Juta Ton
"Sedangkan konsumsi per bulannya itu rata-rata mencapai 2.5 jt ton. Dengan besaran stok demikian, mestinya cukup," ungkapnya.
Namun, ternyata ada persoalan distribusi dan ketiadaan data untuk melacak pendistribusian dan stok beras di tingkat penggilingan, korporasi, gerai ritel dan masyarakat luas.
"Sejauh ini data baru di level produksi petani," sambungnya.
Adapun harga beras tinggi di awal tahun selain karena pola tahunan, juga disebabkan oleh tingginya demand karena bertepatan dengan momentum pemilu 2024.
Sebab, dalam rangka silaturahmi dan kunjungan ke masyarakat kerap diikuti dengan pembagian sembako.
"Di sisi lain ada kebijakan dimana pemerintah yang jor joran mengguyur bansos, membuat pemerintah saat ini tidak ckup kuat mengintervensi pasar saat harga tinggi seperti sekarang," sambungnya.
Lebih lanjut, untuk komoditas bawang putih harganya sangat ditentukan berdasarkan harga internasional dan manajemen impor.
"Pasalnya, hampir 99 persen Indonesia melakukan impor bawang putih," pungkasnya.
Diketahui, Harga sejumlah komoditas pangan pokok kompak naik menjelang bulan ramadan. Mulai dari beras hingga harga minyak kemasan.
Baca Juga: Realisasi Impor Beras Bulog hingga Minggu (18/2) Mencapai 507.000 Ton
Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium tembus Rp 16.090 per kilogram (kg) pada Senin (19/2), naik 0,44% dibandingkan kemarin.
Tak hanya beras, harga komoditas pangan lainnya juga naik. Seperti bawang merah di pasaran menjadi Rp 33.570 per kg pada Senin (19/2), naik 0,30% dibandingkan kemarin.
Harga bawang putih juga naik 0,42% menjadi Rp 38.700 per kg. Sedangkan harga cabai merah keriting naik 3,07% menjadi Rp 62.440 per kg.
Lebih lanjut, untuk harga daging ayam ras juga naik menjadi Rp 37.070 per kg, telur ayam ras juga naik menjadi Rp 29.520 per kg.
Sedangkan, minyak goreng kemasan sederhana juga naik menjadi Rp 17.540 per liter dan minyak goreng curah juga naik menjadi Rp 15.530 per kg.
Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah daging sapi murni di kisaran Rp 133.610 per kg, gula konsumsi RP 17.530 per kg serta harga kedelai biji kering Rp 13.610 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News