kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ADB: Masih ada 22 juta orang yang kelaparan pada era 2016-2018


Rabu, 06 November 2019 / 21:42 WIB
ADB: Masih ada 22 juta orang yang kelaparan pada era 2016-2018
ILUSTRASI. Children play soccer as fisherman paints his boat near breakwater at Cilincing area in Jakarta, Indonesia August 22, 2017.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan bahwa pada era 2016-2018, masih ada 22,0 juta orang di Indonesia yang mengalami kelaparan walau sektor pertanian dan ekonomi membuat kemajuan yang signifikan dalam beberapa dekade.

Pertumbuhan yang signifikan tersebut akhirnya membuat sektor agraris bertransformasi dan akhirnya didominasi oleh industri dan jasa. Meski begitu, masih banyak rakyat Indonesia yang masih bergantung pada pertanian tradisional yang akhirnya terjebak pada pendapatan dan aktivitas pertanian yang rendah.

Baca Juga: Martha Tilaar berkabung, suaminya yang dikenal sebagai tokoh pendidikan wafat

"Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan makanan yang cukup dan anak-anak mereka pun banyak yang mengalami stunting," ujar ADB dalam publikasinya yang berjudul "Policies to Support Investment Requirements of Indonesia's Food and Agriculture Development During 2020 - 2045" Oktober lalu.

Level kemiskinan di Indonesia pun dinilai lebih tinggi dari standard ASEAN. Hingga Maret 2018, sebanyak 26 juta orang atau 9,8% penduduk berada di garis kemiskinan. Bahkan, hingga tahun 2015, masih ada sebanyak 4,6 juta anak yang mengalami malnutrisi dan 20,7 juta penduduk atau 8,35 dari populasi masih mengalami resiko kelaparan.

Jumlah orang yang berpotensi mengalami kelaparan meningkat hingga lebih dari 42 juta orang atau 20% dari populasi dalam memasuki tahun 2000.

Baca Juga: Gold flat as markets eye Fed's decision on rates

Oleh karena itu, ADB menilai bahwa Indonesia perlu mengambil aksi untuk mencegah memburuknya situasi ini. Salah satunya adalah dengan meningkatkan investasi di sektor pertanian untuk bisa memperbarui sistem pangan dan pasar sehingga lebih efisien.

Investasi yang ada juga digadang untuk bisa menciptakan lapangan kerja di sektor produktif sehingga bisa memberikan pendapatan yang lebih baik untuk masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga diimbau untuk memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan pada pasar domestik. "Sinergi antara investasi dan kebijakan ini sangat penting dan bisa menjadi peluang dan menciptakan efisiensi dalam mengatur sektor pertanian," tambah ADB.

Baca Juga: Siap-siap, tiket MotoGP Mandalika bisa dipesan mulai akhir November

Bila akhirnya Indonesia bisa menerapkan dua hal tersebut, Indonesia dinilai bisa keluar dari masalah kelaparan di tahun 2030 dan bisa benar-benar menghapus kelaparan pada tahun 2045.

Hal ini juga seiring dengan bertambahnya investasi dalam agricultural research and development (R&D), ekspansi irigasi dan efisiensi penggunaan air (WUE), dan juga pembangunan infrastruktur desa termasuk jalan, listrik, dan jalur kereta api.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×