kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.860   -50,00   -0,30%
  • IDX 6.533   87,25   1,35%
  • KOMPAS100 939   12,48   1,35%
  • LQ45 731   8,80   1,22%
  • ISSI 209   2,39   1,16%
  • IDX30 378   3,35   0,89%
  • IDXHIDIV20 458   4,70   1,04%
  • IDX80 107   1,38   1,32%
  • IDXV30 113   1,52   1,36%
  • IDXQ30 124   0,82   0,67%

10 Poin Hasil Negosiasi Indonesia dengan AS Soal Tarif Trump


Selasa, 22 April 2025 / 05:43 WIB
10 Poin Hasil Negosiasi Indonesia dengan AS Soal Tarif Trump
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia memulai negosiasi pemberlakuan tarif Trump terhadap komoditas impor yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat, Jumat (18/4/2025).


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pemerintah Indonesia memulai negosiasi pemberlakuan tarif Trump terhadap komoditas impor yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat, Jumat (18/4/2025). 

Negosiasi itu berlangsung antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka dengan US Trade Representative (USTR) dan US Secretary of Commerce. 

Airlangga menyatakan Indonesia memiliki daya saing perdagangan yang baik. Hal itu terbukti dari neraca perdagangan yang disebutnya positif dengan AS, India, dan negara lainnya. 

"Yang penting Indonesia mendapatkan tarif lebih rendah, terkait tarif yang diberlakukan untuk Indonesia seimbang dengan negara lain," ujar dia, dikutip dari siaran KOMPAS TV, Sabtu (18/4/2025). 

Airlangga menambahkan, pemerintah optimis terhadap hasil positif dari negosiasi tarif Trump. Dia tidak ingin tarif tersebut berdampak ke pekerja maupun investasi di Indonesia. 

Hasil negosiasi tarif Trump 

Berikut poin-poin hasil negosiasi tarif Trump dalam perundingan awal antara pemerintah Indonesia dengan AS. 

Baca Juga: Efek Tarif, Target PDB Indonesia Berpotensi Meleset

1. AS minta tarif perdagangan imbang 

Airlangga mengungkapkan, perwakilan AS dan Indonesia saling mengungkapkan permintaan berkaitan dengan kebijakan tarif dalam proses negosiasi perdagangan tersebut. 

Menurutnya, salah satu fokus utama AS dari negosiasi itu terkait pemberlakuan tarif perdagangan yang lebih seimbang. 

"Amerika sudah menyampaikan apa yang mereka harapkan. Tentu paket pertama yang terkait dengan tarif yang diharapkan bisa menjadi tarif berimbang," ujarnya, diberitakan Kontan, Jumat (18/4/2025). 

Selain tarif perdagangan yang seimbang, lanjutnya, AS juga menyampaikan beberapa permintaan terkait kebijakan non-tarif. 

Terkait permintaan AS, Airlangga mengaku pihaknya telah menyiapkan dan menyampaikan dokumen resmi sebagai respons. 

“Untuk itu Indonesia juga sudah menyampaikan dokumen untuk merespons yang terkait dengan non-tariff measures tersebut,” kata dia. 

2. Indonesia minta tarif lebih rendah 

Airlangga menambahkan, pemerintah Indonesia juga menyuarakan pemberlakuan tarif perdagangan yang seimbang. 

Pemerintah pun berharap 20 produk unggulan ekspor ke pasar AS dapat dikenakan tarif yang kompetitif, bahkan tidak lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing. 

Dia menjelaskan, tarif impor untuk produk Indonesia ke AS seperti garmen, alas kaki, furniture, dan udang justru lebih tinggi daripada negara pesaing dari ASEAN atau negara Asia lainnya. 

Pemerintah AS memberlakukan tarif Trump 37 persen ke Indonesia. Namun, ada tarif tambahan 10 persen yang berlaku untuk produk-produk tertentu sehingga menjadi 47 persen. 

Baca Juga: Trump Ancam Negara-Negara yang Lakukan 8 Kecurangan Non-Tarif

“Ini juga menjadi concern untuk Indonesia karena dengan tambahan 10 persen ini ekspor kita biayanya lebih tinggi, karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia, bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” tambah Airlangga. 

3. Negosiasi akan berlangsung 60 hari 

Airlangga mengatakan, AS memberikan respons positif terhadap usulan-usulan Indonesia. Pihaknya juga aktif berupaya menghubungi para pejabat terkait di AS untuk melakukan negosiasi. 

Misalnya, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Dia menambahkan, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang diterima lebih awal untuk bernegosiasi terkait tarif Trump. 

Airlangga menegaskan, Indonesia dan AS sepakat menyelesaikan negosiasi tarif Trump dalam waktu 60 hari ke depan dalam satu hingga tiga putaran perundingan. 

“Kami berharap dalam 60 hari, kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” katanya, dilansir dari Kontan, Sabtu (19/4/2025). 

Menurutnya, kedua pihak sudah menyepakati acuan kerangka atau framework, serta format perjanjian tersebut. Perjanjian tersebut akan mencangkup perihal kemitraan perdagangan investasi, kemitraan dari mineral penting, serta reliabilitas dari rantai pasok yang mempunyai resiliensi tinggi. 

4. Indonesia tambah impor energi dari AS 

Airlangga menyampaikan, pemerintah Indonesia mengusulkan penambahan impor energi dari AS sebagai upaya menjaga keseimbangan perdagangan dalam negosiasi tarif Trump. 

Indonesia menawarkan menambah pembelian bahan bakar berupa minyak mentah, LPG, dan bensin dari AS. 

Baca Juga: Ekonom: Pemerintah Tak Perlu Tergesa-gesa Negosiasi Tarif Impor Trump

"Dari pembahasan tadi ada beberapa hal yang diusulkan oleh Indonesia, seperti yang sudah disampaikan di dalam surat resmi, bahwa Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat, antara lain LPG, kemudian juga fuel oil, dan gasoline," katanya. 

5. Peningkatan impor produk agrikultur AS 

Selain tambahan impor energi. pemerintah Indonesia berencana memperluas impor gandum dan produk hortikultura yang selama ini menjadi ekspor andalan AS. 

Produk agrikultur yang berencana diimpor dari AS dengan porsi lebih banyak seperti gandum, kedelai, bungkil kedelai, dan susu kedelai, diberitakan Kompas.com, Minggu (20/4/2025). 

Belum dipastikan berapa modal pemerintah Indonesia terkait hal itu. Namun, Airlangga pernah menyatakan pihaknya berencana membeli sejumlah produk AS senilai 18-19 miliar dollar AS.

6. Kerja sama critical minerals

Airlangga menyampaikan komitmen Indonesia bekerja sama dalam bidang critical minerals, serta mendukungan investasi AS. 

Indonesia menawarkan kolaborasi dengan pemerintah AS dalam pengelolaan dan hilirisasi mineral penting yang termasuk dalam rantai pasok global berkelanjutan. 

Baca Juga: Waspada Dampak Negosiasi Tarif AS Mengancam Surplus Neraca Perdagangan Indonesia

7. Fasilitas untuk perusahaan AS 

Pemerintah Indonesia juga berkomitmen terus memfasilitasi investasi perusahaan-perusahaan AS yang telah beroperasi di Tanah Air. 

"Indonesia juga memfasilitasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang selama ini beroperasi di Indonesia, dan tentunya ada hal-hal yang terkait dengan perizinan dan insentif yang diberikan,” imbuh Airlangga, dikutip dari Kompas.com, Jumat. 

8. Mitra ekonomi digital 

Pemerintah Indonesia juga menekankan pentingnya pendekatan business to business untuk investasi serta mendorong penguatan kerja sama pengembangan sumber daya manusia. 

Kerja sama itu akan fokus mengembangkan sektor pendidikan, sains, teknologi, engineering, matematika, ekonomi digital, serta layanan keuangan. 

"Tentu Indonesia juga mengangkat terkait dengan financial services yang lebih cenderung untuk menguntungkan negara AS," ujar Airlangga. 

9. AS protes kebijakan Indonesia 

Selain hal-hal tersebut, pemerintah AS juga mempersoalkan beberapa kebijakan yang diberlakukan Indonesia. 

Diberitakan Kompas.id, Minggu, AS mempersoalkan sulitnya mendapatkan sertifikat halal dan memenuhi syarat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di Indonesia. 

Pemerintah Indonesia juga dinilai menerapkan kontrol ketat atas impor gula melalui mekanisme pembatasan impor kuantitatif (penetapan kuota impor). 

Pemerintah juga dituding memberikan subsidi fiskal dan nonfiskal terhadap pelaku usaha dan industri dalam negeri.  

Pemerintah AS juga menyorot juga pemberian subsidi bunga pinjaman kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia. 

10. Upaya cegah dampak tarif Trump 

Sementara itu, pemerintah Indonesia berencana melakukan berbagai cara untuk menghadapi tantangan perdagangan global, termasuk dampak tarif impor dari AS. 

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu menuturkan, pemerintah akan memfasilitasi industri Tanah Air menjajaki peluang relokasi dan diverifikasi pasar selain AS. 

”Kita bisa mendiversifikasi rantai pasok kita yang bisa lebih menguntungkan masuk pasar AS. Ada dua sektor (yang diutamakan), yaitu semikonduktor dan mineral kritis,” ujarnya, dilansir dari Kompas.id, Jumat. 

Tonton: Negosiasi dengan AS, Indonesia Ingin Produk Home Appliance Bebas Tarif Trump

Selain diverifikasi pasar, pemerintah akan mempercepat dan memperluas kemitraan ke beberapa negara, seperti negara ASEAN, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. 

Pemerintah juga tengah menyiapkan paket ekonomi dan deregulasi komprehensif untuk industri yang terdampak tarif Trump, seperti industri padat karya dan perikanan. 

"Tiga satgas (satuan tugas) telah dibentuk untuk fokus pada efisiensi, daya saing, dan deregulasi,” jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini 10 Poin Hasil Negosiasi Indonesia dengan Tarif Trump dari AS, Apa Saja?"

Selanjutnya: Surplus Neraca Dagang Indonesia Dibayangi Peningkatan Impor dari AS

Menarik Dibaca: 5 Tontonan Film Tentang Bumi dan Isu Lingkungan Hidup Beragam Genre

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×