Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Momentum Natal dan Tahun Baru 2025/2026 diperkirakan mendorong uang beredar dalam artian sempit (M1) bisa tumbuh sekitar 11%-13% secara tahunan pada Desember 2025, dengan nilai mencapai Rp 5.800 triliun hingga Rp 5.900 triliun.
Sebagai perbandingan, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian M1 per Desember 2024 yang tumbuh 5,8% secara tahunan mencapai Rp 5.223,9 triliun.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, tren uang beredar M1 telah menunjukkan akselerasi yang kuat hingga November 2025. Pada periode tersebut, M1 tumbuh 11,4% yoy dengan nilai mencapai Rp 5.748 triliun.
Baca Juga: Korban Bencana di Sumatra dan Aceh Terus Bertambah, 1.137 Jiwa Meninggal
Menurut Yusuf, kondisi ini menandakan likuiditas perekonomian berada dalam kondisi longgar. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik, penurunan suku bunga, serta meningkatnya aktivitas konsumsi dan transaksi masyarakat.
“Dengan mempertimbangkan pola musiman akhir tahun, terutama Natal dan Tahun Baru, saya melihat M1 pada Desember 2025 berpotensi berada di kisaran Rp 5.800 triliun - Rp 5.900 triliun, atau tumbuh sekitar 11%–13% secara tahunan,” ujar Yusuf Rendy kepada Kontan, Jumat (26/12/2025).
Yusuf menambahkan, proyeksi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya, yang pertumbuhan uang beredar relatif tertahan akibat tekanan kondisi global dan kebijakan moneter yang masih ketat.
Dia menilai, tren peningkatan M1 ini pada dasarnya menjadi sinyal positif karena mencerminkan membaiknya daya beli dan aktivitas ekonomi. Namun demikian, dari sisi kebijakan, kondisi ini tetap perlu dicermati secara hati-hati.
“Jika pertumbuhan likuiditas terlalu cepat dan tidak diimbangi oleh sisi produksi, risikonya adalah tekanan inflasi atau volatilitas nilai tukar. Jadi, dalam konteks ini, Bank Indonesia tetap perlu menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas,” jelas Yusuf.
Perputaran Uang Diprediksi Tembus Rp 110 Triliun
Selain itu, Yusuf juga menyoroti perputaran uang selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Ia memperkirakan perputaran uang pada momen tersebut berada di kisaran Rp 100 triliun hingga Rp 110 triliun, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang tidak lagi dibatasi seperti masa pandemi.
Baca Juga: Menko Airlangga Sebut UMP 2026 Standar Minimal, Harap Produktivitas Naik
“Berdasarkan berbagai indikator, mulai dari proyeksi jumlah perjalanan, belanja konsumsi, hingga kesiapan sektor perbankan, saya melihat perputaran uang Nataru berada di kisaran Rp 100 triliun–Rp 110 triliun. Ini berarti secara nominal sudah melampaui Rp 100 triliun dan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Yusuf Rendy.
Ia menjelaskan, lonjakan perputaran uang tersebut terutama didorong oleh belanja transportasi, pariwisata, makanan dan minuman, serta sektor ritel yang biasanya meningkat tajam selama libur panjang.
Disamping itu, digitalisasi sistem pembayaran juga membuat uang berputar lebih cepat, meskipun tidak selalu tercermin dari peningkatan uang tunai semata.
Namun demikian, Yusuf mengingatkan peningkatan perputaran uang pada periode Nataru bersifat musiman. Dampaknya kuat di akhir tahun, tetapi tidak otomatis berlanjut ke kuartal berikutnya.
“Kalau ditarik benang merahnya, kenaikan M1 dan besarnya perputaran uang Nataru sebenarnya saling menguatkan. Likuiditas yang longgar memberi ruang bagi konsumsi, sementara lonjakan konsumsi akhir tahun ikut mendorong uang beredar tetap tinggi,” ujar dia.
Adapun faktor pendorongnya cukup klasik, pertumbuhan kredit yang solid, belanja pemerintah di akhir tahun, kebutuhan uang kartal untuk transaksi liburan, serta mobilitas masyarakat yang meningkat.
Selanjutnya: OJK Sebut Premi Asuransi Kendaraan Turun 5,01% per Oktober 2025
Menarik Dibaca: Kiat Mudah Menjaga Kesehatan Untuk Seorang Ibu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













