kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Indef Prediksi Uang Beredar Saat Nataru di Desember 2025 Tembus Rp 5.223,9 Triliun


Jumat, 26 Desember 2025 / 20:44 WIB
Indef Prediksi Uang Beredar Saat Nataru di Desember 2025 Tembus Rp 5.223,9 Triliun
ILUSTRASI. Uang Beredar Periode Nataru 2023/2024 Capai Rp 130,37 Triliun (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Muhammad Rizal Taufikurahman memprediksi uang beredar dalam artian sempit (M1) pada Desember 2025 meningkat terdorong momentum Natal dan Tahun Baru 2025/2026.

"Hampir pasti terjadi dan sangat mungkin melampaui posisi Desember 2024 sebesar Rp 5.223,9 triliun. Namun, peningkatan ini perlu dibaca secara kritis karena lebih mencerminkan efek musiman Natal dan Tahun Baru daripada penguatan likuiditas ekonomi secara fundamental," ungkap Rizal kepada Kontan, Jumat (26/12/2025).

Menurut Rizal, lonjakan M1 terutama didorong kebutuhan transaksi konsumsi jangka pendek, sementara basis daya beli khususnya kelas menengah masih berada di bawah tekanan.

Baca Juga: Nataru, Uang Beredar Diprediksi Naik 11%–13% Tembus Rp 5.900 Triliun Desember 2025

Seiring dengan itu, perputaran uang selama Nataru 2025/2026 juga berpeluang menembus Rp 100 triliun, tetapi menurutnya skala pertumbuhannya cenderung moderat dan bersifat temporer. 

Faktornya adalah pola konsumsi yang lebih banyak berupa percepatan belanja, bukan ekspansi permintaan baru yang berkelanjutan. Akibatnya, dampak ekonomi relatif terbatas dan terkonsentrasi pada sektor konsumsi, transportasi, dan pariwisata, tanpa mendorong sektor produktif secara signifikan.

Dari sisi pendorong, faktor musiman menurut Rizal masih dominan, sementara peran kredit produktif dan investasi masih melemah. 

"Likuiditas yang dijaga oleh Bank Indonesia menjaga kelancaran transaksi, tetapi belum cukup kuat untuk mendorong pemulihan struktural. Karena itu, kenaikan M1 akhir tahun lebih tepat dibaca sebagai denyut siklikal ekonomi, bukan sinyal perbaikan fundamental yang berkelanjutan," ungkap Rizal.

Selanjutnya: Strategi Prismalink Perkuat Ekosistem Pembayaran Inklusif Sepanjang 2025

Menarik Dibaca: Kiat Mudah Menjaga Kesehatan Untuk Seorang Ibu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×