kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

World Bank proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh stagnan 5,2% di 2019, ini penopangnya


Kamis, 13 Desember 2018 / 17:30 WIB
World Bank proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh stagnan 5,2% di 2019, ini penopangnya
ILUSTRASI. Laporan triwulanan perekonomian Indonesia oleh World Bank Indonesia


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 stagnan atau sama seperti proyeksi tahun ini sebesar 5,2%. Faktor pendorongnya masih permintaan dalam negeri yang mampu mengurangi gejolak eksternal.

Meskipun inflasi diproyeksikan perlahan naik tahun depan, konsumsi swasta diperkirakan menguat karena peningkatan belanja sosial dan pasar tenaga kerja yang kuat.

Pembentukan modal bruto juga diperkirakan tetap kuat karena perusahaan yang saat ini menahan investasi karena pemilu akan membuat komitmen baru. Selalu ada ketidakpastian dari investor saat pemilihan presiden. Mereka menunggu resolusi dari pemerintah, dan akan terjadi di semester II-2019.

"Kami perkirakan investasi masih sedikit kuat di tahun depan, yang menyumbang ada impor barang modal," ungkap Frederico Gil Sander, Ekonom Utama untuk WB Indonesia, Kamis (13/12).

Demikian juga konsumsi pemerintah diperkirakan tetap tinggi seiring dengan berlanjutnya reformasi dan pertumbuhan penerimaan yang menciptakan konsolidasi fiskal dan belanja tambahan.

Risiko negatif terhadap prospek pertumbuhan Indonesia tetap besar, terutama karena ketegangan perdagangan global antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pasalnya negosiasi diantara keduanya bisa saja tidak berhasil di tahun 2019.

Kemungkinan eskalasi sengketa tersebut menimbulkan risiko yang signifikan bagi Indonesia melalui sektor eksternal yang lebih lemah dan harga komoditas yang rendah. Selain itu, pengetatan kebijakan moneter The Fed terus meningkatkan risiko arus keluar modal dan gejolak di pasar keuangan negara berkembang.

Dengan ketidakpastian perdagangan global, pertumbuhan negara mitra dagang utama juga diproyeksikan melambat. Nilai tukar juga diperkirakan melemah.

Selain itu tingginya investasi dalam negeri membuat kebutuhan impor yang tinggi meskipun dampak pelemahan mata uang terhadap impor dan neraca penerimaan menurun. Ini menyebabkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) 2019 diproyeksikan sebesar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB).

"Apabila pemerintah tidak meningkatkan ekspor dan investasi asing langsung, tekanan pada CAD akan terus berlangsung," jelasnya.

Sedangkan inflasi 2019 diprediksi WB sebesar 3,5%, lebih tinggi ketimbang prediksi inflasi 2018 yang sebesar 3,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×