CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Wapres : OJK penting untuk meredam krisis


Rabu, 21 Desember 2011 / 10:38 WIB
Wapres : OJK penting untuk meredam krisis
ILUSTRASI. Pengisian BBM jenis Pertamax Series di SPBU Pertamina.


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Gejolak krisis ekonomi global yang dipicu oleh tekanan pada sektor keuangan semakin sering terjadi. Oleh sebab itu, Wakil Presiden Boediono mengingatkan perlunya pengawasan yang terintegrasi dalam sistem keuangan melalui lembaga independen seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Boediono mengungkapkan dalam beberapa pengalaman krisis yang pernah terjadi, sektor perbankan adalah sektor yang paling pertama terkena imbas. "Di situ terungkap bahwa sistem pengawasan itu adalah kunci," ujarnya saat pidato pembukaan seminar nasional OJK Rabu (21/12).

Menurutnya, saat krisis 2007 -2008 memberikan beberapa pengalaman baru yaitu di antaranya adalah bahwa ruang gerak pelaku di sektor keuangan terkadang tidak mendapatkan pengawasan yang cukup. Sehingga, ada celah antara institusi keuangan seperti pasar modal dan sektor perbankan.

"Celah inilah yang jika tidak disupervisi dengan baik akan menimbulkan krisis, shadow banking. Dan ini lepas dari pengawasan sehingga menimbulkan benih-benih krisis," jelasnya.

Wapres menambahkan, seiring perkembangan zaman, produk perbankan dan sektor keuangan semakin banyak sehingga perlu pengawasan yang ketat dalam masing-masing sektor ini. Selain itu, perlu juga memperketat pengawasan celah-celah dari masing-masing unit dan perlu ada jaring pengawasan yang mewadahi semua produk keuangan ini.

Pengalaman krisis, tutur Boediono juga mengajarkan mengenai perlunya memilah-milah risiko dalam usaha perbankan, yaitu aspek yang mengandung risiko rendah seperti perbankan dengan bisnis konvensional yang hanya bergerak di sektor komersial biasa dan investment banking yang memiliki risiko yang lebih besar.

Saat ini banyak perbankan yang mencampur kegiatan bisnisnya (investment banking dan commercial banking). "Dengan hal itu, justru risikonya sulit terdeteksi. Makanya sekarang harus bisa memilah-milah kegiatan yang risikonya rendah atau yang tinggi," ujar Boediono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×