kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Virus corona berpotensi gerus pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020


Minggu, 23 Februari 2020 / 17:27 WIB
Virus corona berpotensi gerus pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 hanya bertengger di level 4,9% . KONTAN/Baihaki/3/1/2020


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona nyatanya sudah diramal dapat menggerus pertumbuhan ekonomi di awal tahun ini. Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 hanya bertengger di level 4,9% atau lebih rendah dari periode sama tahun lalu yaitu 5,07%.

BI menilai virus corona perlu terus dicermati karena dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta pergerakan aliran modal ke dalam negeri.

Baca Juga: TERPOPULER: Tularkan corona tanpa gejala | Andai Gojek beli Blue Bird setahun lalu

Di sisi lain, pemerintah belum mengakui akan ada perlambatan ekonomi dalam empat bulan pertama di tahun ini. Pemerintah optimistis, pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5% pada kuartal I-2020.

“Tidak ada revisi pertumbuhan ekonomi, virus corona belum selesai. Ya kami mengatakan kalau pengaruh pertumbuhan ekonomi China turun 2% ya Indonesia bisa kena 0,3%,” kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, Jumat (21/2).

Airlangga menyampaikan saat ini pemerintah terus memonitor virus korona sampai dengan akhir bulan ini. Menko Perekonomian menyampaikan bahan baku untuk industri kosmetik dan farmasi di Indonesia memang ketergantuangan impor China. 

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Syarif Hidayat mengimbau bahwa industri obat-obatan atau farmasi dalam negeri di tahap warning. Sebab, ketersediaan bahan baku hanya bisa bertahan sampai akhir Maret 2020.

Baca Juga: Suplai China berkurang, ekspor plywood Indonesia berpeluang meningkat

Syarif bilang memang efek virus corona belum terlihat jelas dalam perekonomian dalam negeri. Namun, apabila terus berlanjut, nampaknya industri dalam negeri harus mencari substitusi bahan baku dari negara lain.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 memang akan melemah karena perlambatan pada tahun lalu ditambah virus korona. Ketergantuangan bahan baku industri manufaktur di Indonesia terhadap impor China jadi sentimen utama.

“Ternyata tidak gampang mencari substitusi bahan baku. Setelah tanya ke teman-teman, karena source-nya sendiri dan cost yang sulit mencari yang kompetitif seperti barang dari China,” kata Shinta, Jumat (21/2).

Shinta mengaku, untuk mendapatkan ketersediaan bahan baku saat ini sangat sulit. Kadin mengaku sudah mencari substitusi bahan baku hingga ke Vietnam, namun nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Baca Juga: Pertemuan tahunan G20 di Riyadh, transparansi pajak dan pajak digital jadi pembahasan

“Karena perlu penjajakan tidak bisa langsung, kalaupun ada alternatif sumber (bahan baku) tidak bisa terjadi dalam waktu dekat,” ungkap Shinta.

Catatan Kadin, setidaknya beberapa industri yang kekurangan bahan baku akibat virus corona antara lain farmasi, kosmetik, sepatu, tekstil. Perkiraan Kadin, 70% bahan baku industri manufaktur impor, dan terbanyak dari China.

Setali tiga uang, saat ini terjadi perlambatan produksi, karena demand pasar ekspor melambat dan supply tidak bisa dikendalikan karena ketersediaan bahan baku yang minim.

Baca Juga: Kino Indonesia (KINO) buka peluang jajaki pasar ekspor baru

Sementara itu, Shinta tidak bisa memprediksi sampai kapan dampak virus korona terhadap perlambatan ekonomi dalam negeri. Sehingga, belum tentu akan ada rebound dari virus korona ke perekonomian Indonesia.

“Ekonomi melemah maka akan pengaruh ke lapangan kerja. Untuk itu kami mendorong RUU Cipta Kerja berjalan agar memperkuat dalam negeri,” ujar Shinta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×