Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia mengingatkan, pertumbuhan investasi per kapita negara-negara berkembang pada tahun 2023 dan 2024 bakal anjlok.
Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2024, lembaga tersebut menghitung, rata-rata pertumbuhan investasi per kapita negara berkembang pada tahun lalu dan tahun ini sebesar 3,7% yoy.
Atau, pertumbuhan tersebut hanya setengah dari performa rata-rata pertumbuhan dalam dua dekade sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang melanda, sehingga menggerus potensi pertumbuhan perekonomian global, yang pada akhirnya juga memengaruhi aktivitas ekonomi negara-negara di dunia.
Baca Juga: Apa yang membuat Indonesia kalah molek dari Vietnam dan Thailand?
Di tengah ketidakpastian tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, Indonesia masih memiliki peluang menjadi negara yang paling menarik sebagai negara tujuan investasi.
Karena, “tingkat inflasi terjaga dalam rentang sasaran, surplus neraca perdagangan yang baik, juga ekonomi yang positif karena mampu tumbuh di kisaran 5% di tengah perlambatan ekonomi global,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/1).
Meski demikian, Josua juga mengingatkan ada negara lain yang mungkin dilirik oleh para calon penanam modal.
Saingan terbesar Indonesia saat ini adalah Vietnam dan India, sejalan dengan prospek ekonomi dan iklim investasi kedua negara tersebut yang juga membaik, serta banyak negara mulai mengurangi investasi langsung ke China.
Baca Juga: BKPM: Tahun depan kenaikan EODB akan lebih sulit
“Vietnam dan India menjadi tujuan baru investasi langsung negara-negara barat, karena faktor geografis yang mendukung dan banyak tenaga kerja yang terlatih,” tambah Josua.
Sehingga, pemerintah tetap perlu berupaya keras dalam mendorong percepatan investasi di Indonesia dan memoles, agar Indonesia lebih menarik untuk dijadikan tempat penanaman modal.
Upaya tersebut yaitu, mempercepat transformasi struktural, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta percepatan pembangunan infrastruktur dan logistik di luar pulau Jawa.
Baca Juga: Perlambatan ekonomi bayangi pertumbuhan investasi
Selain itu, perlu juga adanya pendalaman pasar keuangan, penyempurnaan regulasi terkait ESG dan ekonomi digital, serta meningkatkan sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal.
“Sehingga, ini juga akan mampu menjadi landasan di tengah ketidakpastian global dan menjaga stabilisasi tanpa mengorbankan pertumbuhan,” tandas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News